tag:blogger.com,1999:blog-14902709717841974802024-02-21T12:55:34.762+07:00My Mind & Minegoe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-29052243674071707562014-04-28T02:02:00.001+07:002014-04-28T02:19:28.691+07:00Papa dan Bidadari Kecilnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="background-color: transparent;">
Bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja di perantauan, yang ikut suaminya merantau di luar luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orangtuanya, biasanya akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.<br />
<br />
Lalu bagaimana dengan Papa?<br />
<br />
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,<br />
Tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk meneleponmu?<br />
<br />
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau mendongeng,<br />
Tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOVEz3RW5M5Dskq-gJ4gtpr0Zd0HA1AknptKvjL_S3gTBLS2nc03xcnwpoYIPwxVEPouhnoV6aqFVu8KBie6ekitHjXhJ-345tfcmOyc-s6TLG0cnz-HOuYNdIJ5WOBxyoPLM6lrb2p6NT/s1600/papa.jpg" imageanchor="1" style="background-color: transparent; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOVEz3RW5M5Dskq-gJ4gtpr0Zd0HA1AknptKvjL_S3gTBLS2nc03xcnwpoYIPwxVEPouhnoV6aqFVu8KBie6ekitHjXhJ-345tfcmOyc-s6TLG0cnz-HOuYNdIJ5WOBxyoPLM6lrb2p6NT/s1600/papa.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0jiYCJd26CXKpDDOpjh7DjcG3ZPUZD5FZ_CcIY57CNNv5Uyit7rMyf90Lm04Rc7ZPHCwxw9uVN38CAzCsbDtrBc9dh8Mygh_FS62V4Wdfy8HiDiCSiY-9i5zQRe_6zcoG8UsXP1nccxti/s1600/papa2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0jiYCJd26CXKpDDOpjh7DjcG3ZPUZD5FZ_CcIY57CNNv5Uyit7rMyf90Lm04Rc7ZPHCwxw9uVN38CAzCsbDtrBc9dh8Mygh_FS62V4Wdfy8HiDiCSiY-9i5zQRe_6zcoG8UsXP1nccxti/s1600/papa2.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil…</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa menganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu… </div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya”, Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka…</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tapi sadarkah kamu?</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
(untuk melanjutkan klik <a href="http://blog.agustik.com/2014/04/papa-dan-bidadari-kecilnya.html">Permalink</a>)</div>
<a name='more'></a><br />
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.<br />
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”<br />
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?<br />
<br />
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :<br />
“Sudah dibilang! Kamu jangan minum air dingin!”.<br />
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.<br />
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.<br />
<br />
Ketika kamu sudah beranjak remaja…<br />
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan : “Tidak boleh!”.<br />
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?<br />
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat-sangat luar biasa berharga..<br />
<br />
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…<br />
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….<br />
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,<br />
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu. Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?<br />
<br />
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia….<br />
Papa sesekali menguping dan mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..<br />
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?<br />
<br />
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.<br />
Maka yang dilakukan Pada adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…<br />
<br />
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut…<br />
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu…<br />
Sadarkah kamu, bahwa ini Karena hal yang sangat ditakuti Papa akan segera datang?<br />
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”<br />
<br />
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Apoteker.<br />
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…<br />
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa.<br />
<br />
Ketika kamu menjadi gadis dewasa….<br />
Dan kamu harus pergi kuliah di kota lain… <br />
Papa harus melepasmu di stasiun kereta.<br />
<br />
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?<br />
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasihat ini-itu, dan menyuruhmu untuk berhti-hati.<br />
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.<br />
<br />
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.<br />
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT… kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.<br />
<br />
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.<br />
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.<br />
<br />
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu iginkan…<br />
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”<br />
Padahal dalam batin Papa saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?<br />
<br />
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.<br />
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”<br />
<br />
Sampai saat seorang teman lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin.<br />
Karena Papa tahu…. <br />
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.<br />
<br />
Dan akhirnya.<br />
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….<br />
<br />
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi ke belakang panggung sebentar, dan menangis?<br />
Papa menangis karena Papa sangat bahagia, kamudian Papa berdoa…. <br />
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata : “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”<br />
<br />
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…<br />
Dengan rambut yang semakin memutih….<br />
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….<br />
Papa telah menyelesaikan tugasnya….<br />
<br />
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita… <br />
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…<br />
Bahkan ketika dia tidak kuat lagi untuk menangis…<br />
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin mamanjakanmu,<br />
Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal....<br />
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14.44444465637207px; line-height: 20px;">
</div>
</div>
goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-36247255087923893482013-12-13T13:27:00.001+07:002014-04-28T02:18:45.699+07:00Madrasah adalah Air Suci yang Mensucikan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
(Tulisanku ini memenangkan lomba Kisah Inspiratif Madrasah tahun 2013, dan masuk finalis 10 terbaik nasional)<br />
<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menjadi
guru pada sebuah madrasah adalah sebuah keinginan terpendam yang sangat dalam
bagiku. Begitu dalamnya keinginan itu sehingga sedikitpun tak berani aku
ceritakan apa yang tertulis di dinding hati sebagai sebuah epitaf itu pada
keluarga, kekasih yang menjadi calon istriku waktu itu, sahabat-sahabatku atau
siapapun. Karena, keingininan itu nyaris sesuatu yang utopis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUMbKwgz20Qshe6JgEM5VViUIdSscRmjtdhZ3PkUh6eORXtFJZ_edFoaULWGFgnyI6yjF3iLyL5SQtWZobTqXdn0ms5vlL_-yPwy8gR7SbpcncrnhlX89z4oOLhOqVX7BbJGuwK8X8l7Q/s1600/guru.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwUMbKwgz20Qshe6JgEM5VViUIdSscRmjtdhZ3PkUh6eORXtFJZ_edFoaULWGFgnyI6yjF3iLyL5SQtWZobTqXdn0ms5vlL_-yPwy8gR7SbpcncrnhlX89z4oOLhOqVX7BbJGuwK8X8l7Q/s400/guru.gif" height="211" width="400" /></a></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Takdir
menuntunku kuliah di jurusan teknik sebuah institut keguruan ternama di
Yogyakarta. Rangkaian istikharah yang panjang mengantarkan pensil 2B di
tanganku untuk mengisi jurusan itu saat menempuh jalur UMPTN tahun 1991. Tentu
saja teman-teman sekelasku juga keluargaku tak percaya dengan pilihan kuliah
bidang keguruan teknik itu. Mengingat tak sedikitpun aku memiliki bakat teknik
dan tak memiliki cita-cita menjadi guru. Aktivitasku lebih banyak pada bidang
humaniora, organisasi dan mendalami jalan sufi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Praktik
Pengajaran Lapangan (PPL) menjadi titik balik kesadaranku setelah tiga tahun
kuliah. Sebagai mahasiswa calon guru teknik tentu saja PPL mendapat tempat
sebuah di STM (sekarang SMK). Menerapkan ilmu-ilmu keguruan yang kudalami
kepada dunia nyata anak-anak sekolah yang lebih dominan menggunakan okolnya daripada
akal (apalagi budi) membawa perenungan yang subtil dalam hidupku. Aku merasa
tidak tepat jika harus berada di sebuah sekolah yang ‘keras’ macam ini.
Alangkah indahnya jika menjadi guru madrasah, batinku. Siswa-siswanya yang
takzim dan lembut, berada dalam suasana penuh ulama setiap hari dan senantiasa
diperdengarkan ayat-ayat suci serta diperlihatkan hikmah-hikmah kaligrafi di
dinding. Ah...alangkah damainya hidup semacam itu, lagi-lagi itu hanya ada
dalam batinku. Setiap pagi berangkat kerja dengan setiap langkah adalah ibadah,
dan setiap tanggal muda mendapat gaji penuh berkah. Masya Allah, rasanya syurga
di dunia sudah begitu dekatnya, begitulah anganku. Tetapi tentu saja hal itu
mustahil. Aku adalah guru teknik dan tentu saja madrasah tidak membutuhkan guru
teknik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Takdir
Allah melalui pensil 2B yang menggerakkan tanganku memilih jurusan keguruan
teknik rupanya terbuka sesaat setelah aku wisuda sarjana. Dibukalah seleksi
guru teknik untuk madrasah pertama kalinya oleh Departemen Agama (waktu itu)
pada tahun 1997. Alhamdulillah aku diterima dan menjadi guru madrasah.
Nampaknya epitaf di dinding hatiku dibaca malaikat dan disampaikan kepada
Allah. Walllahu’alam. Faktanya, aku adalah guru madrasah, dan aku bangga.</span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(untuk melanjutkan klik <a href="http://blog.agustik.com/2013/12/madrasah-adalah-air-suci-yang-mensucikan.html">Permalink</a>)</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Guru
adalah panggilan jiwa. Begitulah aku memaknai profesiku saat ini. Aku
benar-benar mencintai profesiku sebagai guru. Menempuh gelar master menjadi
salah satu titian untukku lebih menyelami dunia keguruan yang aku cintai.
Dosen-dosen keguruan mumpuni di UNY memberiku banyak sekali pemahaman yang
mendasar tentang fungsi guru bagi peserta didiknya. Kali ini kuliah masterku
betul-betul tentang keguruan an sich. Minatku pada bidang humaniora betul-betul
terpuaskan di sini jika dibandingkan saat kuliah sarjana meski pendidikan
teknik namun sentuhan keguruannya begitu minimal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menjadi
inspirasi bagi murid-muridku itu yang selalu ingin kuperankan. Membangun
karakter dan semangat generasi muslim yang ulil albab itu menjadi bendera yang
selalu kukibarkan saat berangkat kerja menuju madrasah. Kebetulan Visi Madrasah
Aliyah Negeri Yogyakarta 1 tempat dimana aku mengabdikan diriku juga ULIL
ALBAB, meskipun ini adalah akronim dari visi Unggul, Ilmiah, Amaliah dan
Bertanggung jawab. Aku selalu betah berada di madrasah. Berlama-lama hingga
pulang menjelang Maghrib untuk menyelesaikan tugas-tugasku di madrasah atau
sekadar mendampingi murid-murid yang juga senang hingga petang berkegiatan di
madrasah dengan segala macam varians. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mencermati
murid-muridku tumbuh dan berkembang menjadi salah satu yang aku suka. Setiap
murid baru aku minta mereka membuat essai tentang dirinya, motivasinya belajar
di madrasah dan mimpi-mimpinya tentang masa depan. Menjelang mereka lulus aku
ikut mendalami dan menjiwai keresahan mereka memilih jurusaan kuliah. Sesekali
kuberikan gambaran-gambaran tentang jurusan yang mereka inginkan, prospek
keilmuan yang bakal dipelajari dan kemungkinan masa depan yang akan digeluti.
Mereka merasa senang didampingi menjelang kelulusan semacam itu. Tak jarang
murid yang sudah kuliah datang ke madrasah untuk menceritakan suka-dukanya
kuliah di jurusan yang saat ini sedang mereka geluti. Aku selalu antusias
mendengar kisah-kisah mereka di bangku kuliah dan bagaimana proses adaptasi
mereka bersaing dengan sekolah-sekolah lain di luar madrasah. Kadang-kadang
bahkan mereka menyiapkan undangan khusus untukku menyaksikan pentas yang mereka
adakan di kampus. Ini adalah bagian yang paling membahagiakan. Bagaimana aku
bisa menyaksikan kepiawaian murid-muridku di atas panggung dengan <i>perform</i> musik, atau teater, ataukah
bentuk-bentuk penampilan yang lain yang jika kubandingkan dengan saat mereka
masih berada di madrasah betapa melasatnya mereka tumbuh sebagai individu
pembelajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suatu
ketika aku tangah asyik masyuk menikmati pentas teater dimana salah satu
muridku berperan sebagai peran utama dengan judul “Kremi, Wanita Pemanggil
Salju” yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Prancis UNY. Duduk di sampingku
seorang lelaki muda yang kupikir dia mahasiswa UNY jurusan Prancis juga.
Rupanya dia mahasiswa UGM yang juga menyukai hal-hal humaniora semacam ini.
Ternyata dia juga lulusan madrasah dan kuliah di jurusan Sastra Indonesia UGM.
Namanya Ronal Sadam lulusan dari MAN Wonosobo Jawa Tengah. Tentu saja aku
dengan lancar bisa menyebut nama-nama muridku yang kuliah di jurusan yang sama
dengan dia atau setidaknya fakultas yang sama. Dia mengenal beberapa anak yang
kusebutkan. Saat kuceritakan aku juga sering melihat pementasan mahasiswa FIB
UGM di Aula atas FIB dia juga membenarkan bahwa pada waktu itu kita satu forum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqHulRiduE_4GwNudUiv_d-MwmRCYYXU0TAymnhQiT939_3RJa-eio3E3dr1XBPF6SfxDFB2WWq6WxHB5-H55Xn8nIp5WxUeyEgcILmGaPnQOqnGA9wqkTTbrHT2REkV_oQlscA11NhnMU/s1600/kremi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqHulRiduE_4GwNudUiv_d-MwmRCYYXU0TAymnhQiT939_3RJa-eio3E3dr1XBPF6SfxDFB2WWq6WxHB5-H55Xn8nIp5WxUeyEgcILmGaPnQOqnGA9wqkTTbrHT2REkV_oQlscA11NhnMU/s320/kremi.jpg" height="320" width="224" /></a></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Bapak, nyaris seperti
guru saya yang menjadi inspirasi hidup saya sehingga bisa menjadi seperti ini
sekarang yang bagi sebagian besar orang Wonosobo mustahil bisa kuliah di UGM”
dia mulai membuka diri untuk menceritakan tentang siapa dirinya sebagai siswa madrasah
yang kuliah di UGM. Ini adalah kisah yang ingin aku dengar, mengingat betapa
hebatnya seorang siswa madrasah dan anak ‘gunung’ bisa menembus persaingan yang
ketat masuk UGM.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">“-Hidup itu punya kehendak sendiri, tapi Tuhan
memberi kebebasan manusia untuk memilih!-,
itulah kata-kata pertama dari seorang guru yang menjadi teman dan
sahabat bagi kami. Hubungan kami tidak lagiseperti layaknya seorang guru dan
murid yang selalu berdiri pada batasan norma-norma dan status sosial. Sebagai
guru, ia tak mengharuskan dirinya menjadi panutan apalagi menjadi tiruan bagi
murid-muridnya”, dia mulai berkisah tentang seorang guru yang dia katakan mirip
dengan saya. Namanya Dhimas. Dia asli Wonosobo begitu katanya. Aku mulai
tertarik mendengar kisah itu. Kisah
tentang guru inspiratif bagi muridnya selalu menyenangkan disimak dan diambil
hikmahnya. Seperti halnya minat menjadi guru mulai aku dapatkan saat membaca
cerpen “Guru Tarno” karya Purwadmadi Atmadipurwa yang menjadi salah satu cerpen
pilihan Koran Bernas Yogyakarta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Namun sayangnya malam mulai larut. Pentas teater adaptasi naskah
Prancis itu sebenarnya tak begitu panjang namun pentas-pentas yang menyertainya
membuat perhelatan itu ditutup menjelang tengah malam. Aku menawarinya untuk
ikut makan siang di foodcourt UGM esok hari, yang kebetulan aku juga punya
janji bertemu dengan salah satu muridku penyandang disabilitas yang diterima
kuliah di Fakultas Hukum UGM. Aku senang mendengar kisah perjuangan murid
difabelku ini yang merasa tepat masuk MAN Yogyakarta 1 dengan kondisi fisiknya
yang semacam itu dan rupanya nasihat-nasihat agama membuatnya semakin percaya
diri bahwa Allah tak pernah salah menciptakan makhluk-Nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Sepeti yang sudah dijanjikan kami bertemu di foodcourt UGM usai sholat
Dzuhur. Aku bersiap-siap mendengar cerita lebih detil lagi kisah tentang Pak
Dhimas guru MAN Wonosobo itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">“Takdir baruku dimulai sejak lima tahun yang lalu. Pada saat itu, aku masih di bangku kelas XE Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Wonosobo. Cukuplah hatiku menerima duduk di MAN sebab nilai UANku
tak terlalu bagus, lulus dari SMP dengan
peringkat 120 dari 200 siswa”, Ronal mulai menceritakan kisah panjangnya.
Dengan perut yang sudah diganjal sepiring toprak dan semangkuk sup buah kami
bertiga bisa bercerita dengan santai. Kebetulan tunjangan sertifikaasiku belum
lama cair sehingga dengan suka cita aku traktir mereka makan siang di tempat
makan yang penuh dengan mahasiswa diskusi ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 33.1pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Masuk MAN Wonosobo adalah sebuah anugrah dan
petaka pikirku. Anugerah karena tak menyangka bisa melanjutkan sekolah. Petaka
ketika harus berbicara masalah keuangan. Ada sederet tagihan buku-buku dan
sumbangan-sumbangan yang harus dibayar lunas setiap semesteran. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 33.1pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Masa Orientasi Siswa (MOS) dibuka. Ada
pengenalan guru dan norma-norma sekolah. Namun, aku cukup bingung pada sederet
kata-kata motivasi dari kakak angkatan apalagi dari guru-guru yang tiba-tiba
berapi-api mengharamkan kemalasan dan membenci ketidaktertiban sehingga
satu-satunya takaran kesuksesan adalah tingginya nilai-nilai rapot dan rata-rata
nilai UAN Madrasah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 33.1pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Menjadi berbeda adalah hal yang salah di
sekolah. Hampir-hampir saja aku hanya sekedar berangkat sekolah dan mendapat
ijazah. Itu pun kalau aku betah di sekolah dengan rutinitas; pagi berangkat,
duduk di kelas, mendengarkan guru, mengiya-iyakan penjelasan, dan mengikuti
ujian tiap akhir semester. Ah, sebuah rutinitas yang membuatku merasa berada
dalam tungku pembakaran yang sedikit pun aku tak pernah menginginkannya.
Untunglah, ada takdir lain ketika seorang guru yang kini menjadi seperti teman
dan sahabat sendiri datang ke MAN Wonosobo setelah pindah dari MAN Pandeglang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 33.1pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Sebagai seorang guru ada hal yang sangat
berbeda dari pada guru-guru lainya. Sikapnya tenang, tak pernah menilai
seseorang berdasarkan akumulasi nilai-nilai mata pelajaran, ramah tapi tidak
merendah, dan ada hal yang paling membuat berbeda dengan semua guru lainya;
guruku berdiri pada antitesis dari norma-norma yang selama ini diberlakukan di
dalam madrasah. Banyak perubahan dan pengaruh yang diberikan dan cukup memberikan
kemajauan dalam beraneka ragam. Alasan ini bukan berarti aku membelanya atau
membenarkanya. Akan tetapi, Sikap yang diambilnya bukan berarti karena benci
dengan aturan-aturan yang telah ada, tetapi mencoba kembali menemukan kaidah
baru dalam dunia pendidikan sehingga ada kemajuan yang mungkin akan membawa
pada kemaslahatan bersama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 33.1pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">“Kehidupan yang mulia dimulai dari cinta
sejati” kata Pak Dhimas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">“Cinta!
Indah sekali itu! Bagaimana jika aku lebih memilih kata mahabah?”, sesekali aku
menyergah untuk sekadar memberi kesempatan padanya menyerupuk sup buahnya
sembari memberi penekanan pada kata-kata kunci yang menurutku bisa diberi garis
bawah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Dalam hal ini pun aku tak sepenuhnya
membenarkan pernyataannya, tapi sepertinya tidak bisa kubantahkan pernyataanya.
Ya, kehidupan bahagia adalah kehidupan yang dimulai dengan rasa cinta. Dulu,
aku hanya bersekolah. Berangkat dari rumah membawa buku-buku pelajaran, mendengarkan
guru, dan mencatat kata-kata penting yang mungkin akan dikeluarkan menjadi soal
ketika ujian. Sekolah menjadi semacam rutinitas tak berjiwa.Wajar saja pikirku,
jika selama itu aku hanya belajar jika ada tugas. Nilai-nilaiku hanya cukup
sebagai syarat naik kelas. Namun demikian, teman-temanku yang bernilai bagus
pun tak urung dari masalah, sering kujumpai mereka menjadi pendiam, pemurung,
dan mudah menyerah ketika ada nilai yang
buruk diterimanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> Masuk
MAN Wonosobo adalah sebuah pelarian. Pelarian dari pada tidak bersekolah.
Mungkin bukan aku saja yang dulu merasakan perasaan yang sama. Aku sering
melihat anak-anak MAN tertunduk malu ketika dalam sebuah bus ada sekumpulan
anak-anak SMA atau SMK. Secara tidak langsung, ada siratan makna pemahaman yang
hidup dan mengakar menekan hati pada anak-anak MAN. Ada sebuah paradigma bahwa
MAN adalah sekolah marjinal berisi sekumpulan anak buangan yang kalah dari
persaingan masuk SMA atau SMK. Aku heran. Sejak kapan anak-anak MAN menerima
dan memahami dirinya lebih rendah daripada anak SMA dan SMK? Atau setidaknya
ada pertanyaan lebih umum lagi; sejak kapan orang merasa lebih rendah
kedudukanya daripada orang lain? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> Cukup
lama aku merenung dan andai saja Pak Dhimas yang lebih seperti teman dan
sahabat itu belum datang mungkin aku masih dalam renunga panjang tanpa jawaban.
Bagaimana aku yang hanya anak pedagang jamu akan membayar setumpuk uang
sekolah? Bagaimana aku akan sukses dalam tekanan dan himpitan aturan-aturan
yang selalu memaksa siswa dalam tekanan? Bagaimana aku merasa bahwa MAN, SMA,
dan SMK berdiri pada derajat yang sama? Bagaimana Aku merasa hidup ini lebih bermakna bukan hanya sebuah rutinitas
belaka? <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> Aku
secara tidak sadar seperti terlahir kembali. Pada sederet cerita panjang dan
obrolan yang melebihi jam pelajaran yang sering aku habiskan dengan guruku.
Pelajaran tidak berhenti pada sebatas ruang dan bangku-bangku yang ditata di
dalam kelas, bukan lagi pada sebatas papan tulis yang sering dihentakkan agar
siswa-siswa menulis. Akan tetapi, guruku memiliki cara lain dalam mengajar. Beliau
sering melanjukan percakapan di jalan,
di rumah, di angkringan, di kafe, dan bahkan di atas gunung sekalipun. Anehnya,
tak pernah diskusi itu selesai pada satu titik kebenaran sehingga akan tetap
dilajutkan pada kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa didapatkan dari pada sekadar
jawaban. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Aku memulai sesuatu yang baru. Dengan norma
yang sederhana dari percakapan-percakapan ringan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">“Mulailah hidup dengan cinta, maka kesulitan
dan kemudahan serasa tak ada bedanya”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Mulailah
hidup dengan cinta, hm...seperti aku memulai mencintai sebagai guru. Tanpa
sadar aku dibawa ke alam dimana saat awal dia katakan pada di pementasan itu
bahwa aku seperti Pak Dhimas, aku mulai mengkalibrasi cerita-ceritanya dengan
apa yang aku lakukan sebagai guru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Aku mulai mencintai keadaanku,
seburuk-buruknya ekonomi keluargaku aku tak gentar karena aku sudah mencintai
belajar. Cukuplah aku belajar dengan bahagia tanpa tekanan. Aku terkadang juga
tidak terlalu tertib dan hanya belajar, tetapi setiap kali aku belajar aku akan
sungguh-sunguh belajar bukan lagi karena tuntutan tetapi pada kesadaran akan
keinginan untuk mengetahui sesuatu yang baru. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> Rutinitas
sekolah dan belajar tidak lagi membosankan ketika kesadaran terhadap kebahagian
memperoleh ilmu tertancap di dada. Hal-hal baru selalu kucoba. Aku terpilih
menjadi ketua OSIS dan ketua redaksi majalah sekolah. Kegiatan-kegiatan sekolah
tidak lagi terfokuskan pada rentetan tuntutan kurikulum dan pembelajaran yang
membosankan tetapi lebih pada keinginan hati menemukan hal baru yang dicintai
sehingga belajar serasa bermain. Belajar hal-hal baru dengan cara baru, tak ada
aturan pelajaran, bagaimana aku belajar, di mana aku belajar, dan bahkan
akhirnya aku menemukan bahwa; lautan bumi dan langit ini adalah sekumpulan
teks-teks yang bisa dibaca dan diinterpretasikan menjadi pembelajaran untuk
manusia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnPfQuEuAXCmM0VNN6pvEc2yuO9NUj1ICivrhAH1tnb5HNSfgk7M4fsSTwUGPyJFKk7arY37fnFE9l4Yf6i_vSS_G3rIbnvnfIyhPdQUDdbrcueRyLkFm8tpzADhyLqckNwsFuvodlwSG-/s1600/osis1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnPfQuEuAXCmM0VNN6pvEc2yuO9NUj1ICivrhAH1tnb5HNSfgk7M4fsSTwUGPyJFKk7arY37fnFE9l4Yf6i_vSS_G3rIbnvnfIyhPdQUDdbrcueRyLkFm8tpzADhyLqckNwsFuvodlwSG-/s320/osis1.jpg" height="263" width="320" /></a></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdutTC5WG78yyq7xFZ37S6RK6KNzqAaGMCons5bPMHxuC0ccHiFmJAae2mqoeG-vBBwbGl3LLbgtxXyepuHo5ewswtEq9UKjg8KouvIPG8L7740SW1g6vZJN4C0eP2afCvIgcbrVYtLU9w/s1600/osis2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdutTC5WG78yyq7xFZ37S6RK6KNzqAaGMCons5bPMHxuC0ccHiFmJAae2mqoeG-vBBwbGl3LLbgtxXyepuHo5ewswtEq9UKjg8KouvIPG8L7740SW1g6vZJN4C0eP2afCvIgcbrVYtLU9w/s320/osis2.jpg" height="148" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ronal menang dalam pemilihan ketua OSIS</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Pembelajaran guruku tentang cinta telah
membawa pada sederet hal yang tak pernah kubayangkan. Aku yang dulu hanya anak
ingusan, peringkat 120 dari 200 siswa di SMP kini bisa berdiri dan duduk pada
taraf pengetahuan yang cukup ideal dengan prestasi akademik peringkat satu
se-MAN; dalam bidang organisasi aku berhasil mempromosikan diri menjadiketua
OSIS dan memimpin majalah sekolah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Aku lulus dengan predikat siswa terbaik di MAN
Wonosobo. Sebuah prestasi dalam jenjang karir pendidikanku yang tidak pernah
aku capai sekali pun. Ada semangat baru dalam angan-anganku ketika hendak
melanjutkan kuliah.Harapanku tumbuh kembali untuk melanjutkan sekolah. Seperti Pak
Dhim guruku yang dulu hanya anak penjual bumbu-bumbu masakan di pasar,
tidaktakutakanapapungurukuberanimelanjutkanpendidikan di UniversitasNegeri
Yogyakarta. Aku pun
terinspirasiakankeberaniangurukumenaggapiketerbatasanfinansialdengantetapmelanjutkansekolah.
Akuakhirnyamendaftarkan diri di Universitas Gadjah Mada jurusan Psikologi.
Namun, aku gagal masuk. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: Calibri;">Kemudian,
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Aku mendaftar di UIN</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: Calibri;">, tetapi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> gagal masuk</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-fareast-font-family: Calibri;">juga</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">. Hingga aku memutuskan belum mau melanjutkan
kebangku kuliah. Namun, ketika kegagalan kutemukan guruku tidak tinggal diam.
Beliau pun menceritakan kegagalan-kagagalan yang lebih banyak dialaminya.
Dengan satu tuturan yang terus kuingat betul dalam benak. Ringan tapi terus
terngiang-ngiang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">“Hari ini kamu belum diterima bukan berarti
kamu bodoh, hidup ini adalah tanda-tanda. Sudahkah kamu memahami
tanda-tandanya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Wow...dia sangat filosofis. Aku benar-benar terhipnotis
oleh cerita seorang mahasiswa dari ‘gunung’ ini. Bagaimana mungkin seorang
siswa bisa bercerita tentang gurunya begitu menjiwai jika tidak karena sang
guru ini mencintai murid-muridnya sepenuh jiwa? Diam-diam aku mulai timbul rasa
iri ingin mempelajari sosok Pak Dhimas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Sejak ditolak dari beberapa perguruan tinggi
itu, selama setengah tahun aku pergi mengembaraberjualan jamu di Lampung dan
Bengkulu. Kuliah di perguruan swasta tentu bukan impianku. Kondisi ekonomi yang
sangat minimal hanya jalur perguruan negeri yang mungkin bisa kuraih seraya
mencari-cari keringanan biaya kulah. Menelusuri desa-desa dan pedalaman yang
jauh dari kota. Aku menemukan kehidupan baru. Orang-orang bekerja siang malam.
Menggarap lahan, menanam kopi, memupuk sawit, dan menderes getah karet.
Anak-anak bermain riang dalam kesepian dan keheningan di tengah jauhnya ramai
kota. Tak ada pemandangan yang mungkin membuatku merasa malu selama ini, aku
merasa cukup bekerja keras belajar. Namun, kerja kerasku kalah dengan anak-anak
pedalaman yang setiap hari harus berangkat sekolah pukul lima pagi. Mental yang
selama ini aku yakini tangguh menjadi runtuh. Anak-anak bersekolah dengan baju
lusuh dan karung bekas sebagai tas sekolah dengan senyum ikhlas. Jika aku
sering prihatin dan merasa keadaan ekonomiku lemah aku merasa diinjak dari
ketidakbersyukuranku pada hidup karena
anak-anak pedalaman yang kutemui di desa-desa yang jauh dari kota hanya
akan makan pisang di tengah hutan karet, atau memetik buah kopi merah matang
menjadi cemilan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> Aku
pulang. Kembali aku menata diri Tapi aku tak akan pernah berhenti hanya sampai
di sini. Dan berbangga diri pada tempat yang sama. Pak Dhimas pernah mengajariku
tentang makna perjuangan yaitu, ketika kami mendaki gunung dengan usianya yang
sudah kepala empat. Dengan napas tersengal-sengal di jalan tetapi tetap
melanjutkan. Aku harus bangkit lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1FGLXE2pjyBVA4vgquEROrXkGwX4WBYmJgpjAx2JkZOQdwTKAxgYOfDGXEX1FR3TlbgR1EHshdbTnhILLxvHP8O-rnfUGsICa3k_CWNm-7qL9gDJSxH_-HC-yKB80Ta5YHMJqJp_kXLCX/s1600/dhim1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1FGLXE2pjyBVA4vgquEROrXkGwX4WBYmJgpjAx2JkZOQdwTKAxgYOfDGXEX1FR3TlbgR1EHshdbTnhILLxvHP8O-rnfUGsICa3k_CWNm-7qL9gDJSxH_-HC-yKB80Ta5YHMJqJp_kXLCX/s320/dhim1.jpg" height="301" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Dhimas mendaki Gunung Sumbing bersama Ronal dan teman-temannya</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguVA_wxL-v-vCFOJxJ7YmbxMHfNwwy7iljQarcwm9k-8BPMvOUio5H35AiinqmwHeq1yWF2lebDAOUBxBAMunE31JQJPlXtO59oNYkjnpQwNzVMaIaUoY5nIEaNwgOPI0tb17dE9j9cJaa/s1600/dhim2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguVA_wxL-v-vCFOJxJ7YmbxMHfNwwy7iljQarcwm9k-8BPMvOUio5H35AiinqmwHeq1yWF2lebDAOUBxBAMunE31JQJPlXtO59oNYkjnpQwNzVMaIaUoY5nIEaNwgOPI0tb17dE9j9cJaa/s320/dhim2.jpg" height="208" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Dhimas mandi bersama Ronal dan teman-temannya di Kalianget</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEDVZKf3_NqHiF6UQjL8qGe-lKLRXHykomHj_Qf8alXrrleo7oB-Ku-JOAe_fBo_IJN3MFnlfrc7y_yuEHuekKJ09DqF4Qb8ELVc_p8dgxld016zgOj3oCUfk-iLzNGHn4STPqBGXWUee4/s1600/dhim3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEDVZKf3_NqHiF6UQjL8qGe-lKLRXHykomHj_Qf8alXrrleo7oB-Ku-JOAe_fBo_IJN3MFnlfrc7y_yuEHuekKJ09DqF4Qb8ELVc_p8dgxld016zgOj3oCUfk-iLzNGHn4STPqBGXWUee4/s320/dhim3.jpg" height="239" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Dhimas di Stasiun Kereta bersama murid-murid untuk maen ke Pantai Sumberlawang</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2qrEuI7geFqFl66-mEvGjdMISGA3JQTsRuInCea4JeHZO2e90RcmgTH_23SF99E3sd0RA1sT1mQwqg65iQH02P8NQ88R2MyFS1ayK6QGCIDsdCbO7GwjWllB3RngWlo-KYJ1zR_af4blZ/s1600/dhim4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2qrEuI7geFqFl66-mEvGjdMISGA3JQTsRuInCea4JeHZO2e90RcmgTH_23SF99E3sd0RA1sT1mQwqg65iQH02P8NQ88R2MyFS1ayK6QGCIDsdCbO7GwjWllB3RngWlo-KYJ1zR_af4blZ/s320/dhim4.jpg" height="240" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Dhimas menjadi vokalis band siswa</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp4FwDWm_h291U2ctjycZ-ln2KoQlgoK278-e6I4k0wFHMbguswkess-IUG_fRdwgLdtVWR59LY2Vws5o9QOAjOiWK3LZc1Lnvgp3Y4amyp0dBM5MjjN8v8S54-WgJKGaLO2zkPKRHJah8/s1600/dhim5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp4FwDWm_h291U2ctjycZ-ln2KoQlgoK278-e6I4k0wFHMbguswkess-IUG_fRdwgLdtVWR59LY2Vws5o9QOAjOiWK3LZc1Lnvgp3Y4amyp0dBM5MjjN8v8S54-WgJKGaLO2zkPKRHJah8/s320/dhim5.jpg" height="240" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Dhimas di acara ulang tahun salah satu muridnya</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> Aku
masuk menjadi mahasiswa Sastra Indonesia UGM angkatan 2011. Cukuplah aku
sedikit mengerti dari lautan teka-teki hidup ini, bahwa segala sesuatu seperti
kata guruku “ikutilah hati nurani maka tak pernah kau tersesat dalam
kesedihan”. Sekali lagi aku tak bisa mebenarkan pernyataanya, tetapi begitulah
kenyataanya. Aku merasa bahagia dan berdiri pada tempat yang membuatku semakin
bersyukur. Kini dengan usiaku yang muda aku satu-satunya mahasiswa S1 yang
diangkat menjadi asisten dosen dalam berbagai mata kuliah sastra dan bisa
berorganisasi dalam bidang yang dicintai dalam puisi dan jurnalisme. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;"> Sementara
itu guruku masih sama. Masih menghubungiku. Masih berbincang-bincang tentang
agama, politik, negara bahkan hal-hal kecil yang mungkin dirasa tidak penting
tetapi selalu saja menjadi bahan perbincangan pada lautan ilmu yang tidak lagi
bisa ditemukan hanya sebatas dari bangku sekolah dan sekat-sekat sosial. Aku
menjadi sadar bahwa pembelajaran sejati dari guruku adalah pada rasa
solidaritas dan persahabatan bukan lagi pada batasan status sosial antara guru
dengan murid.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 42.55pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Ronal mengakhiri ceritanya dengan mata berkaca-kaca mengenang gurunya.
Aku diam tak bisa bicara. Mulutku terkunci tenggorokanku tercekat. Jika selama
ini aku bangga menjadi guru pada sebuah madrasah ternama di kota pelajar pula,
dan merasa cukup hebat memberi inspirasi pada murid-muridku; lalu apa predikat
yang harus aku sematkan pada sosok Pak Dhimas seorang guru dari daerah
pedalaman semacam itu? Hm... madrasah adalah sebuah fenomena. Dari sana bisa
muncul emas-berlian sejati yang betul-betul murni tanpa perlu embel-embel ‘karat’.
Jika sekolah selain madrasah bisa mencitrakan dirinya sebagai air kelapa yang
memiliki banyak khasiat dan berkualitas tinggi, maka madrasah cukuplah sebagai
air suci yang mensucikan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">(Adakah
yang lebih dari itu?) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: Calibri;">Wallahu
a’lam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 26.05pt; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<br /></div>
</div>
goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-70846454862407706182013-04-12T00:51:00.000+07:002013-04-12T00:51:29.212+07:00Roro Jonggrang dalam Perspektif Sejarah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Akhir Maret 2013 anakku 'Aan' yang masih kelas X di SMA 8 Yogyakarta pentas teater di Taman Budaya Yogyakarta. Jika selama ini aku melihat TBY adalah sebuah artefak seni bermenara gading, maka kini aku merasa menjadi salah satu entitasnya. Itu karena tentu saja yang sedang bermain peran salah satunya adalah darah dagingku sendiri. Kini merasa benar-benar telah menjadi warga budaya Yogyakarta.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtTRI08Aip4bi90V3XmXle2mJ7RkxQJYHMaP1T9JAhPgUNhjE4GZRYqqVGxh-WYuIa_LcYFS7Kpdo897LYp-cE2evqCsyBunFTTL8bb25c0L8JaBNbXu-G_X2Tf6whjeQCmO5PywdwOlFm/s1600/teater2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtTRI08Aip4bi90V3XmXle2mJ7RkxQJYHMaP1T9JAhPgUNhjE4GZRYqqVGxh-WYuIa_LcYFS7Kpdo897LYp-cE2evqCsyBunFTTL8bb25c0L8JaBNbXu-G_X2Tf6whjeQCmO5PywdwOlFm/s640/teater2.jpg" width="337" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Joan Thompson Pelajar AS turut pentas</td></tr>
</tbody></table>
Lakon yang diperankan kali ini adalah Roro Jonggrang. Ini adalah pementasannya kedua setelah sukses pentas pertama di Gedung Teater Pujokusomo UNY akhir November 2012 lalu. Kisah cinta Roro Jonggrang dan Bandung Bandawasa tentu tidak asing lagi di telinga kita. Tentang cinta besar Bandung Bandawasa kepada Roro Jonggrang namun Jonggrang menolak 'dimiliki' dengan memberinya tantangan untuk membangun 1000 candi dalam waktu semalam. Oleh karena kesaktian Bandawasa dengan mengerahkan pasukan makhluk halus (atau alien kali? he...he....gosipnya candi-candi besar Indonesia dibangun oleh Alien) mampu menyelesaikan tantangan itu namun Jonggrang berhasil menggagalkan ketika kurang satu candi bunyi lesung para mbok emban Jonggrang bertalu-talu dan membuat makhluk halus itu kabur dikiranya sudah terbit fajar. Gagal lah Bandung menyelesaikan tantangan cinta ini.<br />
<br />
Diselimuti angkara murka yang membuncah, Bandung pun gelap mata dan menyihir Jonggrang menjadi patung untuk melengkapi menjadi candi ke-1000. Dan kini kita bisa menikmati patung Roro Jonggarang itu di Kompleks Candi Prambanan. Aku sudah berkali-kali bertandang ke sana dan melihat kecantikan patung Roro Jonggrang dan menjumpai kisah-kisah mitos putusnya orang yang berpacaran di Candi Prambanan. Namun pertanyaan besar muncul setelah menyaksikan pentas teater anakku tersebut. Apakah ada sisi sejarah yang bisa dijelaskan dari kisah itu? apalagi diceritakan dalam lakon itu bahwa Bandung Bandawasa itu adalah putra mahkota Kerajaan Pengging. hah??? kok Pengging? ini menghenyak kesadaran sejarahku.<br />
<br />
Pertama, selama ini aku berpikir kisah Roro Jonggrang jadi patung hanyalah mitos dan sebuah dongeng rakyat pengantar bobo anak kecil. Sebuah sastra tutur tentu sangat sulit dikaitkan dengan artefak-artefak arkeologis sehingga seringkali dijauhkan dari entitas ilmu sejarah.<br />
(untuk melanjutkan klik <a href="http://blog.agustik.com/2013/04/roro-jonggrang-dan-kesadaran-sejarah.html">permalink</a>) <br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Kedua, Prambanan sudah banyak diketahui didukung oleh aktivitas kerajaan pada abad ke-8. Sedangkan kita kenal kisah Pengging adalah masa-masa Kerajaan Demak abad 23-an. Bagaimana mungkin terjadi perang antara dua kerajaan yang berbeda era bahkan secara topografi juga berjauhan apalagi ukuran pada zaman itu tentu menjadi sangat jauh sekali rasanya. Pengging terletak di Boyolali sedangkan Prambanan di dekat Yogyakarta.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZRq7rs5omGdmi3WyhBuT81_x3C-QipPt8aY4daLwDGuumIO_-T1qYq-bDB90XSH89WimrEBy6GjUWdBJPQt5dcH_FmGCMixL5saR54SHMecWiiDhK8skKToPXnxw4pj-1YzAs-1xyNx7u/s1600/jonggrang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZRq7rs5omGdmi3WyhBuT81_x3C-QipPt8aY4daLwDGuumIO_-T1qYq-bDB90XSH89WimrEBy6GjUWdBJPQt5dcH_FmGCMixL5saR54SHMecWiiDhK8skKToPXnxw4pj-1YzAs-1xyNx7u/s400/jonggrang.jpg" width="233" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">sketsa arca Roro Jonggrang</td></tr>
</tbody></table>
Dan ketiga tentu saja tentang kisah cintanya. Arogansi lelaki Jawa dalam cinta memang selalu tergambarkan begitu 'masokis' (setidaknya begitulah menurutku). Dalam kisah Rama dan Shinta cinta itu mengakibatkan terbakarnya Kerajaan Alengka. Ken Arok dan Ken Dedes, kisah cintanya memakan tumbal nyawa hingga tujuh turunan. Ki Ageng Mangir dan Pembayun kisah cintanya menyebabkan nisan Ki Ageng Mangir terpisah di dalam dan luar tembok. Dan masih banyak lagi kisah cinta yang disertai 'kekerasan' ego yang miris.<br />
<br />
Namun, teater yang dimainkan anak-anak SMA 8 ini sungguh istimewa dalam besutan kisah cintanya. Ketika Jonggrang dikutuk jadi batu (arca) arwahnya menemui Bandung Bandawasa dan berkata bahwa Bandawasa bisa memiliki tubuhnya namun jiwanya tidak bisa kecuali jika dia telah berhasil memurnikan hasrat cintanya. "Di sini aku menunggu cinta sucimu, Bandung. Jika dunia tidak bisa menyatukan cinta kita, maka di Swargaloka cinta kita kan berpadu..." suara lembut Roro Jonggrang disambut tepuk meriah penonton mengakhiri pementasan yang hampir memakan durasi dua jam ini.<br />
<br />
Pentas boleh usai, anakku hiberhasi beberapa hari melepaskan lelah. Tetapi imajinasiku mengambang mencari jawab : ada hubungan apa Kerajaan Prambanan dengan Kerajaan Pengging? Untunglah sekarang kita punya mbah Google, dan jawaban tak harus saya tempuh lama dengan keluar masuk perpustakaan. Inilah dia kiranya skrip sejarah yang secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.<br />
*****<br />
**<br />
*<br />
<span lang="NL" style="color: black;">Secara politik kerajaan Pengging ini belum dapat dipastikan apakah merupakan vasal (raja bawahan) dari kerajaan Mataram atau mungkin juga merupakan bumi
perdikan yang lepas dari kerajaan Mataram. mengingat prasasti yang
menerangkan kerajaan Pengging belum ditemukan, satu-satunya bukti
tertulis hanyalah prasasti pengging yang dikeluarkan pada tahun 819 oleh Rakarayan i Garung bersamaan dengan Smarattungga berkuasa di Mataram. Pada Prasasti Pengging yang berangka tahun 819 M hanya
menyebutkan adanya pendirian bangunan suci agama siwa dan tanah itu
diberikan pada masyarakat setempat untuk dijaga sebaik mungkin,
kemungkinan besar bangunan yang dimaksud adalah sebuah candi Hindu
mengingat didaerah Pengging banyak terdapat Yoni yang bertebaran diberbagai tempat belum lagi banyaknya arca arca siwa yang telah hilang</span><br />
<span lang="NL" style="color: black;"> </span> <br />
<div style="font-family: arial; line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span lang="NL" style="color: black;"> Pada waktu itu telah ada konsep Otonomi kekuasaan walaupun memunculkan Ketegangan politik karena
benturan kepentingan pusat dan daerah sering timbul. Itu pula yang
pernah terjadi. Di Jawa, lebih sepuluh abad silam populasi penduduk
terbatas, wilayah berpenduduk terisolasi dan juga sulit komunikasi.
Penyelenggaraan kekuasaan yang terpusat atas beberapa wilayah susah
terselenggara. Penguasa masa lalu hanya dapat mempertahankan
kekuasaannya dengan tiga jurus sakti. Pertama pemberian otonomi luas,
kekayaan, martabat dan juga perlindungan. Kedua memelihara kultus
kebesaran mengenai diri dan istananya. Ketiga memiliki militer yang
kuat. Tidak ada bentuk negara dengan kekuasaan mutlak dan kekuasaan
tunggal waktu itu. Kerajaan terdiri dari daerah-daerah otonom yang
diperintah oleh para <i>rakai</i> atau <i>rakryan.</i> Mereka adalah
penguasa di daerah yang mempunyai otonomi cukup luas. Umumnya masih
merupakan garis keturunan Sri Maharaja baik melalui garis darah maupun
melalui perkawinan. ( Sarjiyanto : 2003 ) dan Pengging tampaknya merupakan bagian dari wilayah yang memiliki otonomi yang dimaksud. Jika Pengging sebagai daerah otonomi, dimana letaknya? Sementara pusat ibukota Mataram Kuna baru dikenal dari namanya yaitu <i>Medang i bhumi Mataram i Poh pitu, i Mamrati</i> dan <i>i Watugaluh. </i>Seorang <i>rakai</i> sering memiliki sejumlah <i>wanua</i> atau komunitas desa dan senantiasa berusaha meningkatkan prestise dengan memperbanyak bangunan suci. Wanua berada dibawah <i>rama</i> (pejabat desa) sebagai pembesar mereka dan sudah berkelompok dalam <i>watak</i> atau federasi-federasi regional. Seorang <i>Rakai</i>
juga sering membuka tanah untuk dianugerahkan pada komunitas Hindu atau
Budha yang pada gilirannya diimbangi dengan balasan berupa pemberian
gelar-gelar simbolis terutama gelar <i>maharaja,</i> sebuah gelar
tertinggi. Dari sini tampaknya integrasi pedesaan dan konsolidasi
kekuasaan pada waktu itu sudah cukup maju. Sebagai penguasa dalam
lingkungan daerah seorang <i>rakai</i> kadang menguasai arah kebijakan
yang akan dilakukan dalam wilayah kekuasaannya termasuk pengembangan
bangunan sucinya. Dalam membangun bangunan suci tidak jarang seorang <i>rakai</i> meniru budaya pusat yang menarik dan sebagian yang lain membangun ciri spesifik tersendiri. ( Sarjiyanto : 2003 )<b> </b>Jika demikian maka dapat disimpulkan <b><i>pertama</i></b> tahun 819 Pengging merupakan daerah otonomi yang diperintah oleh seorang Rakai atau Rakryan bawahan raja Mataram. <b><i>Kedua</i></b>
Pengging merupakan kerajaan tersendiri tetapi menjadi sekutu Mataram,
jika dilihat dari sisa peninggalan disekitar situs Pengging menunjukkan
bahwa Pengging adalah penganut Siswa sama seperti
dinasti Sanjaya. Setelah Rakai Pikatan berhasil menyatukan kedua wangsa
melalui perkawinannya dengan Pramodhawardhani kerajaan Mataram
bersekutu dengan Pengging untuk menghancurkan kekuatan Balaputradewa
yang bertahan di Benteng Ratu Boko . dari epigrafi yang tertulis di
benteng Ratu Boko menunjukkan bahwa tempat itu didirikan oleh Rakai
Panadwara yang beragama Budha tetapi disekitar bangunan terdapat bentuk
bentuk yang bercirikan Hindu. Jelas adanya campur tangan kekuasaan Hindu
hal inilah yang mendukung teori Penguasa Mataram Hindu berupaya
menghancurkan kekuatan Balaputradewa yang beragama Budha, kekalahannya
melawan kekuatan sekutu Pengging-Mataram menyebabkan ia harus melarikan
diri ke Sriwijaya. </span></div>
</div>
goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-27342681926112434572013-02-26T01:17:00.000+07:002013-02-26T01:25:43.725+07:00Ziarah Sosial di Pedalaman Baduy<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: #0c343d;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Sebelas tahun lalu, tepat aku melakukan perjalanan ke pedalaman Baduy. Tiba-tiba saja malam ini aku kangen mengenang betapa subtilnya pengalaman rohani yang aku dapati. Sore tadi aku terlibat pembicaraan santai yang serius bersama Ragil seorang sarjana Filsafat UGM yang kini tengah asyik dengan kafe Philokopie buatannya di Jakal km 5.5. Obrolan ringan di kafe itu tak terasa tiga jam lamanya hingga aku tak terasa menghabiskan dua cangkir ground kopi Toraja. Ragil yang alumni MAN Wonosobo tempat dimana dulu pernah aku mengabdi menjadi guru tengah diserang badai 'serotonin' atas apa yang akhir-akhir ini sedang dialami dalam hidupnya. Empat tahun lebih belajar filsafat di UGM rasanya menjadi nadir ketika sebuah peristiwa kecil mengaduk-aduk ruang simulakra di kepalanya. Itu adalah sebuah peristiwa sederhana. Tetapi tak cukup satu rak buku filsafat mampu menjelaskan apa yang sebenarnya tengah terjadi.</span></span></span><br />
<br />
<span style="color: #0c343d;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;">Ya,... perisitiwa sederhana yang kadang menjadi titik balik kehidupan seseorang. Seperti sederhananya perjalananku ke pedalaman Baduy tahun 2002 lalu dan berdampak besar pada kehidupanku sampai saat ini. Tak mudah aku menuliskannya apa yang kurasakan saat itu di blog yang terbatas ini. Harus menyalin ulang buku harian yang kutulis waktu itu. Untunglah ketika browsing-browsing menemukan tulisan ini yang ketika kubaca nyaris serupa dengan pengalaman yang aku alami ketika pertama menginjakkan kaki di Baduy. Padahal tulisan di bawah ini kisahnya terjadi 54 tahun lalu! hm....</span></span></span><br />
<span style="color: #0c343d;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Kata kunci yang <span style="font-size: small;">ada dalam kepalaku saa<span style="font-size: small;">t masuk ke kamarnya mbah Google adala<span style="font-size: small;">h perjalanan <span style="font-size: small;">ziarah ke Badui. Dan <span style="font-size: small;">yang kudapat adalah a<span style="font-size: small;">rtikel ini berjudul : </span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><b><span style="font-size: small;">Baduy – Sebuah Perjalanan Batin Ke Suku Kuno tahun 1959. </span></b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="color: #0c343d;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">Sebuah kontemplasi yang serupa kurasa. Bahkan <span style="font-size: small;">artikel ini ditulis Pebruari 2010 (kini aku<span style="font-size: small;"> menulis Pebruari 201<span style="font-size: small;">3) <span style="font-size: small;">dan perjalanan aslinya terjadi Januari 1959 (sementara perjalananku Januari 2002). Ragil pasti akan tertawa seraya berkata tidak perca<span style="font-size: small;">ya dengan yang namanya 'kebetulan', 'sign' atau apalah... bagiku ini adalah sebuah COSMIC<span style="font-size: small;"> CONSCIOUS....</span></span></span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: small;">__________________________________________________________ </span></span></span></span></span></span></span></span><br />
<span style="color: #0c343d;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span></span><br />
<span style="color: #0c343d;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span></span>
<i> </i><b><span style="font-size: small;">Baduy – Sebuah Perjalanan Batin Ke Suku Kuno tahun 1959 (http://artshangkala.wordpress.com<span style="font-size: small;">)</span></span></b><br />
<i>Oleh : Suria Saputra.</i><br />
<i>Keterangan :</i><br />
<ul>
<li><i>Ini merupakan cuplikan dari buku yang berjudul <b>BADUY</b> tahun <b>1959 oleh Suria Saputra</b>,
yang merupakan hasil perjalanannya ke Suku Kuno Baduy (Kanekes). Buku
ini terdapat dalam Perpustakaan Prof. Dr. Doddy A. Tisna Amidjaja (yang
telah disalin kembali dalam bentuk EYD oleh para pengurusnya di tahun
1995).</i></li>
<li><i><b>Foto-foto</b> di sini adalah hasil foto sesepuh Sunda, yaitu <b>Ali Sastramidjaja</b>. Dalam perjalanan lahir batinnya di tempat yang sama, Kanekes (Baduy) di tahun <b>1979</b>.</i></li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
* * * * * * * * * * * * * * * * * * *</div>
<div style="text-align: center;">
* * * * * * * * * * * * *</div>
<div style="text-align: center;">
<b>BADUY</b></div>
<div style="text-align: center;">
<img alt="" class="alignnone size-full wp-image-2676" height="320" src="http://artshangkala.files.wordpress.com/2010/02/baduy-luar2.jpg?w=570" title="baduy luar" width="221" /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Baduy Luar</i></div>
Pada 5 hari bulan April 1950, cita‑cita saya untuk pergi ke Baduy baru dapat dilaksanakan.<br />
Sebelum berangkat, kami cari dulu keterangan tentang tempat dan orang
yang akan kami kunjungi dengan memajukan pertanyaan‑ pertanyaan kepada
orang‑orang yang pernah pergi berziarah ke Baduy. Mereka kebanyakan
adalah petani‑petani dan pedagang‑pedagang yang ingin maju dalam
masing‑masing perusahaannya. Dan ada pula yang datang di Baduy untuk
minta obat bagi keluarganya yang sakit, karena obat dokter tak dapat
menolongnya. Maksud kedatangan mereka itu sepanjang katanya, ada yang
berhasil, ada yang tidak.<br />
Mereka yang datang ke sana dengan sesuatu maksud untuk memperbaiki
nasibnya, sepanjang katanya tidak boleh bermalam disana, setelah
mendapat jawaban yang diinginkannya, waktu itu juga ia harus berangkat
pulang, tidak boleh menoleh ke belakang.<br />
Setelah keterangan‑keterangan dikira cukup untuk bekal pertemuan
pertama kami peroleh, barulah kami berangkat, ialah: Saya sendiri, Pak
Atmawidjaja ‑ Kepala Sekolah Rakyat di kota Bogor, dan seorang wanita
Ibu Arum Suwita.
Ibu Arum ini adalah seorang wanita yang kuat berjalan kaki dan banyak
pengalamannya, jauh perjalanannya. Demak, Madura, Tengger, Kalimantan,
Ngampel dan tempat-tempat yang beriwayat lainnya telah dikunjunginya.
Dan telah berkali-kali pula Ibu Arum ini pergi ke Baduy.<span style="font-size: small;"><i> (<a href="http://blog.agustik.com/2013/02/ziarah-sosial-di-pedalaman-baduy.html"><span style="color: #0b5394;"><span style="font-size: x-small;">Untuk melanjutkan klik permalink</span></span></a>)</i></span><br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
<a name='more'></a><br />
Jam 06.00 pagi pada waktu yang tersebut di atas tadi, kami dari kota
Bogor menuju ke barat, berkendaraan bus, melalui Jasinga, Cipanas dan
berhenti di Haurgajrug jam 09.30 pagi hari. Dari sini berjalan kaki
menuju ke kampung Karang untuk singgah dan bermalam di sana.<br />
Tiba di Karang jam 06.30 petang hari. Waktu itu di Karang sedang
diadakan perayaan khitanan yang cara-caranya berbeda dengan di tempat
lain, hampir sama dengan cara khitanan di Baduy.<br />
Kampung Karang adalah sebuah kampung yang penghuninya hampir seperti
Baduy. Kepala kelompoknya pun disebut Puun. Ketika itu, kami tak sempat
berkenalan dengan Puunnya, karena esok harinya pagi-pagi harus berangkat
lagi. Baru dapat berkenalan dengan orang-orang tua di sana setelah
pulang dari Baduy.<br />
Di Karang, rombongan kami bertambah dengan dua orang suami-istri.
Laki-lakinya bernama Sopian, orang Jakarta dan istrinya orang
Karangcombong. Sedang perjalanan kami hari itu akan menuju
Karangcombong, untuk singgah dan bermalam di sana.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Perjalanan Haurgajrug – Karang dan Karang – Karangcombong melelahkan
dan meletihkan, karena turun naik gunung, tapi tak seperti yang saya
cita-citakan. Cita-cita saya sebelum berangkat, untuk pergi ke Baduy
itu, tentu melalui jalan yang berhutan lebat, sebagaimana hutan-hutan
yang pernah kami masuki dalam tiap-tiap tahun atau setahun dua kali,
manakala ada kesempatan.<br />
Di dalam hutan lebat yang pernah kami masuki itu, saya menginginkan
udara yang sejuk, pendengaran yang sunyi, pemandangan yang menghijau
disertai air bening yang mengalir.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Rombongan kami tiba di kampung Karangcombong jam 05.30 petang hari.
Jadi antara Karang dan Karangcombong kami jalani hampir satu hari penuh,
karena berangkat dari Karang jam 07.00 pagi-pagi.<br />
Penduduk Karangcombong ini menurut tilikan kami pada waktu itu,
adalah orang baik-baik. Agama Islam tampak ditaati dengan bukti adanya
mesjid dan madrasah. Dalam prakteknya agama Islam itu berasosiasi dengan
agama lama, ternyata dari mantera-manteranya.<br />
Sungguh tak kami sangka bahwa dua tahun kemudian penduduk kampung
inilah yang mengganas merusak hutan-hutan larangan Baduy, yang
keadaannya bersifat “Hutan Pelindung Mutlak”. Rusaknya hutan ini berarti
rusaknya tempat-tempat yang ada di aliran sungai sebelah bawah, yang
hulunya di hutan larangan itu. Kemudian hari ternyata, bahwa keganasan
orang Karangcombong terhadap hutan larangan / Hutan Pelindung Mutlak itu
disebabkan setelah di kampungnya ada seorang haji berasal dari
Leuwidamar. Haji inilah yang menjadi kepala dan penganjur rakyat di sana
agar supaya berladang di hutan larangan. Malam harinya, di kampung ini
kami tak dapat melepaskan lelah, karena dikerumuni oleh orang-orang tua
di tempat itu. Mereka bertanyakan bermacam-macam soal yang berhubungan
dengan peristiwa-peristiwa di kota dan di negara.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Pada hemat kami, bagi seseorang pegawai Jawatan Penerangan, saat dan
keadaan sedemikian itulah yang merupakan peristiwa yang sebaik-baiknya
untuk meresapkan keinginan-keinginan pemerintah kepada rakyat. Di tempat
dan waktu yang seperti itu, bukannya kita yang ingin berpidato,
melainkan mereka yang ingin mendapat nasihat.<br />
Kedatangan kami di kampung ini mendapat sambutan dan jamuan yang istimewa, meskipun mereka tidak diberi tahu lebih dahulu.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Keesokan harinya, ialah pada 6 hari bulan Januari 1959, jam 7
pagi-pagi, kami berangkat menuju daerah Baduy Dalam Cikeusik (Tangtu
Padaageung). Rombongan kami berkurang dengan seorang, ialah wanita istri
Sopian, tapi bertambah dengan 2 orang laki-laki ialah penghuni rumah
tempat kami bermalam dan seorang iparnya; jadi berjumlah 6 orang, 5
orang laki-laki dan seorang wanita.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Perjalanan yang turun naik di lereng gunung, hingga adakalanya lutut
mengenai dagu, sangatlah melelahkan dan meletihkan. Nafas turun naik
dengan cepatnya bagaikan orang berlari cepat. Pakaian basah kuyup dengan
keringat bagaikan habis ditimpa hujan. Walaupun demikian lelah dan
letih itu, bagi saya dapat dilipur oleh keadaan dan suasana hutan yang
saya cita-citakan. Hutan ini bernama <i>Leuweung Kolot</i> (Rimba
Tua); kayu-kayunya besar-besar, bermacam-macam, berdahan rindang berdaun
rimbun, hingga adakalanya sinar matahari tak sampai di bumi karena
terempang oleh daun-daunan yang rimbun itu.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Kami pernah masuk hutan Cimari yang letaknya kira-kira 26 km ke
sebelah dalam dari Cikotok, Banten Selatan (tempat tambang emas). Hutan
ini terkenal hutan gelap, karena cahaya matahari terempang oleh
daun-daunan hingga tak menerangi bumi. Tapi keindahannya kalau dibanding
dengan Leuweung Kolot Baduy, masih kurang. Pengantar sukarela kami dari
Karangcombong itu, seorang diantaranya membawa bedil penembak babi.
Katanya untuk menjaga keselamatan dan keamanan kami kalau-kalau di jalan
bertemu dengan binatang buas atau dengan orang-orang pengganggu
perjalanan.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://artshangkala.files.wordpress.com/2010/02/bermusik.jpg"><img alt="" class="alignnone size-full wp-image-2673" src="http://artshangkala.files.wordpress.com/2010/02/bermusik.jpg?w=570" title="musik di Kanekes" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>bermusik di ‘dalam’</i></div>
Kira-kira jam 13.00 tengah hari, kami tiba di perhumaan Cikeusik.
Orang Baduy Dalam yang mula-mula kami jumpai itu adalah Puun Manten.
Kata “manten” ini bahasa Sunda Halus dari kata “pensiun”. Tapi di Baduy
tak ada pensiunan, artinya Puun yang tak menjadi <i>Karolot</i> lagi atau Puun yang sudah berhenti. Beliau bernama Arsadja dan terkenal dengan sebutan Puun Kais.<br />
Tempat dimana kami berjumpa, ialah sebuah bangunan yang kami sebut
“dangau-dangau”. Untuk disebut gubug, terlalu besar dan lengkap.
Dangau-dangau ini hampir sebesar rumah mereka. Pada waktu berhuma,
kebanyakan orang Tangtu diam dan bermalam di dangau-dangau ini.<br />
Kami dapati Puun Manten sedang memintal tali untuk menjalin <i>lanjak</i>
(jaring perburuan). Mula-mula orang ini kelihatan acuh tak acuh kepada
kedatangan kami, karena sedang asyik bekerja. Kemudian setelah ia
mengemasi pekerjaannya, kami didekatinya dan berkatalah ia: <i>“Teu harti aing, naeun karah rea jelema datang ka dieu”</i>.<br />
Susunan kalimat ini sudah berlainan dengan bahasa Sunda biasa. Awalan dan ahiran tak terlalu dihiraukan. Arti kalimat itu: <i>“Aku tak mengerti mengapa banyak orang datang kemari”</i>.<br />
Setelah kami berkenalan dengan tak berjabatan tangan, Puun Manten
berusaha berbicara dengan bahasa Sunda Halus. Akan tetapi saya minta
kepadanya, agar percakapan dilakukan dengan bahasa Sunda mereka. Hal-hal
yang tak dapat saya pahamkan, saya minta penjelasan kepadanya.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Tanya jawab dengan Puun Manten saya tuliskan di bawah. Akan tetapi
barang siapa yang belum pernah berkata-kata dengan orang Cikeusik,
terutama dengan Puun Kais ini, mungkin menyangka bahwa percakapan kami
ini hanyalah karangan belaka. Untung bagi saya karena Pak Atmawidjaja
dan Ibu Arum menyaksikan pembicaraan kami ini.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Orang yang kami hadapi ini, waktu itu berumur 60 tahun, tetapi masih
amat tangkas dan cekatan. Berbadan tegap, senantiasa tegak. Berkulit
kuning agak kemerah-merahan karena cahaya matahari. Matanya bersih,
pandangannya tajam seolah-olah hendak menembus jantung lawannya
berbicara. Rambutnya masih hitam dan panjang, bersanggul, berikat kepala
kain putih mentah. Bajunya kebaya putih, bertangan panjang yang sempit
pergelangannya. Kain sarungnya pun putih pula, hingga di bawah lutut di
atas pertengahan betis, tidak bercelana. Pakaian serba putih itu
kelihatannya kotor, sesungguhnya adalah kain putih mentah yang dicelup
dengan warna kekuning-kuningan. Beliau berbicara fasih. Kalimat
purwakantinya diucapkan dengan sangat lancar, dengan tekanan suara pada
suku kata kedua dari belakang.<br />
Dengan kalimatnya yang tegas dan jelas, acapkali dipatahkannya perkataan lawan bicaranya, hingga sukar dielakkan.<br />
Pada hemat saya tampan orang ini tidak pernah gentar walau berhadapan
dengan siapa jua pun. Dugaan saya tentang sifat orang ini yang didapat
dari kesimpulan jawaban orang-orang yang telah pernah pergi ke Baduy (di
atas telah dikemukakan), adalah orang yang tak menyukai manusia yang
berjiwa peminta-minta. Disangkanya semua orang sebagai dirinya, ialah
dapat menyelesaikan sendiri segala keperluan hidupnya.<br />
Oleh karena itu, saya amat berhati-hati menjawab pertanyaannya,
seolah-olah sedang berhadapan dengan seorang penguji. Pada hemat saya,
andai kata waktu itu lidah saya terpeleset, niscaya kami tak diizinkan
bermalam di rumahnya. Istimewa pula kalau kami minta apa-apa sebagaimana
keterangan yang kami peroleh, tentunya disuruh pulang pada waktu itu
juga. Sedang kami perlu mengetahui keadaan rumah bersama alat-alatnya
yang ada di daerah Baduy Dalam itu. Bahkan pada persangkaan saya waktu
itu, niscaya Puun Kais itu karena bekas pemimpin, berumah bagus, dengan
alat rumah tangganya yang mewah.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://artshangkala.files.wordpress.com/2010/02/minum-dg-batok-kelapa.jpg"><img alt="" class="alignnone size-full wp-image-2678" src="http://artshangkala.files.wordpress.com/2010/02/minum-dg-batok-kelapa.jpg?w=570" title="minum dg batok kelapa" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Batok Kelapa sebagai wadah minum air</i></div>
Kini kami lanjutkan percakapan kami dengan Puun Kais, dalam pertemuan pertama itu.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553"><i>“Saha ieu karah?, Ti mana nya lembur matuh dayeuh maneuh banjar</i><i> </i><i>karang pamidangan?”</i> (Siapakah ini?, dimana kampung halamanmu?).</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="553">“Dari Bogor, Girang”.<i> </i></td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Apakah maksud kalian?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="553">“Kami dari Bogor berhasrat untuk bertemu dan berkenalan dengan orang-orang di sini”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553"><i>“Geusan naeun karah?”</i> (untuk apa? atau apakah gunanya?)</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Pertanyaan ini adalah diluar dugaan kami, hingga saya tertegun dan meraba-raba jawaban yang akan dikemukakan.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 568px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="553">“Begini Girang, bila anak cucuku kelak
datang atau tersesat kemari, kalau kami sudah kenal, mudah-mudahan
diterima oleh orang sini”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Kalau hanya itu kehendak kalian, sungguh tidak masuk pada akalku (<i>teu harti aing</i>).
Kalian datang dari jauh, biayanya pun tidak sedikit. Sungguh tak
masuk pada akalku bila hanya untuk menitipkan anak cucumu yang kini
tak dibawa. dan ketahuilah, barang siapa yang datang kemari, walau tak
dititipkan sekalipun, harus kami sambut dengan cara dan kekuatan
kami. Tamu yang lapar kami beri makan, tamu yang mengantuk kami
persilahkan tidur. Kami orang Sunda telah mendapat pesan dari nenek
moyang kami, katanya: “kelak bila anak cucuku datang kemari, hendaklah
dipenuhi barang kehendak dan kekurangannya”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Saya terdesak, tak dapat mengelakkan kalimat-kalimat Puun Kais yang
berlogika, mendesak dan bersifat mematahkan itu. Oleh karena itu, saya
berbicara lebih berhati-hati lagi, karena ternyata orang yang saya
hadapi ini tak dapat dibawa lemah. Agaknya orang-orang yang lemah di
dalam hatinya, ditertawakan.<br />
Puun Kais tersenyum melihat saya kemalu-maluan itu.<br />
Selanjutnya bertanya pula.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Apakah maksud kalian yang sesungguhnya, ingin kayakah?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Bukan. Orang kaya pada masa ini risau hatinya, karena banyak harta benda yang dirampok dan dibakar”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Ingin kebal kulit, barangkali?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Tidak. Orang berkulit kebal, biasa dicoba
orang. Sekali diparang ia kebal, dua kali tidak luka, tetapi
selanjutnya ia akan rebah jua”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Ingin menjadi pemimpin agar dihormat, dipuja orang?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Bukan. Pemimpin yang tak berdarah pemimpin
hanya bersifat sementara. Pemimpin yang diangkat oleh orang banyak,
akan dijatuhkan oleh orang banyak pula”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Apakah engkau hendak membuat sawah di sini, sebagaimana orang <b>Are</b> (luar Baduy) yang ada di sekitar kami. Ataukah hendak membuat bendungan air, sebagai keinginan Belanda di masa lampau?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Sekali-kali tidak. Sawah yang terlalu jauh dari tempatku tak berguna bagiku. Dan aku bukannya pegawai pengairan.”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Kalau demikian, engkau penyelidik malah”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Bila aku bermaksud berkhianat kepada
orang-orang di sini, Girang melihat sendiri. Leherku tak dipalut
dengan baja. Sedang golok orang Baduy panjang-panjang dan tajam-tajam.
Sekali parang, leherku putus”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Kami orang Sunda, tak diizinkan mencucurkan darah manusia”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Puun Kais diam sejenak, agaknya sedang berpikir. Sambil tersenyum, berkatalah pula:<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553"><i>“Heu-euh</i> (bunyi heu, ditekan dalam-dalam);
<i>Nu bisa ngapung, tunggu turunna.</i><br />
<i>Nu liat kulit, tunggu uduhnya. </i><br />
<i>Nu bisa teuleum, tunggu nyenghapna.</i><br />
<i>Nu ambek, tunggu leuleusna.</i><br />
<i>Aran jelema tetap jelema; daging hipu tulang rangu, ngancik
dina kulit bumi. Cara kami, weduk hanteu manggih urut, bedas hanteu ku
karana</i>.<br />
(Ya…<br />
Si pandai terbang, tunggu turunnya,<br />
Si kebal kulit, tunggu empuknya.<br />
Si pandai selam, tunggu timbulnya.<br />
Si pemarah, tunggu lemahnya.<br />
Orang adalah orang, berdaging empuk bertulang rapuh; tempatnya di
kulit bumi. Cara kami, kebal kulit tak berbekas, kuat tak karena
sebab).<br />
Dan kini, niscaya kalian merasa lelah. Istirahatlah dahulu. Kalau
hendak tidur, tidurlah. Kami di luar. Biasa tidur siang hari, kami
tidak. Sementara itu, aku akan menyelesaikan dulu pekerjaanku. Nanti
kita teruskan pembicaraan (<i>cacahan</i>) kita”</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Pada waktu itu kami tinggal berempat. Orang Karang Jombong dua-duanya
disuruh pulang oleh Puun Kais. Sedang Sopian, orang yang ikut dari
Karang itu, masih terus bersama-sama kami. Ia agaknya berlawanan dengan
maksud kami, karena sementara berbaring berkata bahwa tanah Baduy
sungguh baik untuk dijadikan sawah. Ia tak tahu bahwa tanah pegunungan
yang bentuknya demikian dan menjadi hulu beratus-ratus anak sungai,
kalau dijadikan sawah, akan berakibat erosi besar-besaran. Disangkanya,
bahwa kedatangan kami kesana itu akan dapat menolong untuk menyampaikan
cita-citanya. Maka adalah selayaknya Puun Kais menyindir-nyindir kami
akan membuat sawah. Agaknya Puun Kais telah mendapat firasat yang tidak
baik, karena ternyata Sopian ini kelak kemudian hari ikut menjadi
perusak hutan. Sopian waktu itu memakai rantai arloji emas dengan mainan
(gantungan) batu merah sebesar ibu jari kaki, yang diikat dengan emas
pula.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Kira-kira jam 17.00 petang hari, Puun Kais datang pula kepada kami,
disertai beberapa orang Baduy Dalam lainnya. Puun Kais memperhatikan
batu merah perhiasan Sopian itu seraya katanya:<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 569px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="464"><i>“Aing nyeueung”</i>. (Coba kulihat).</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Maka batu bersama arlojinya diberikan Sopian kepada Puun Kais.
Setelah batu merahnya itu diamat-amatinya, dikembalikan lagi kepada
Sopian, seraya berkata :<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Indah benar batu itu. Niscaya pada
pendapatmu batu ini keramat. Orang-orang ditempatmu biasa minta
keramat kepada batu-batu, kayu atau besi. Bahkan kabarnya ada pula
yang minta keramat kepada kuburan. Sungguh bagi kami di sini, cara
demikian tak diperkenankan. Kami hanya meminta kepada Yang Satu”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Saya mengambil rokok dan berkata :<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="525">“Bolehkah aku merokok?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="525">“Di sini boleh, karena aku tak menjadi Puun
lagi. Tapi bila berhadapan dengan Puun Karolot, sekali-kali tak boleh
minum rokok”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="525">“Mengapa orang Baduy Dalam tak minum rokok?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="525">“Kami <i>buyut</i> (tabu). Tanah disini
tak baik untuk tembakau. Jika kami biasa merokok, harus mencari di
tempat lain. Sedang perjalanan kami berlainan dengan kamu. Kamu boleh
berkendaraan, kami tidak. Bila bepergian, semua tanah yang dilalui
haruslah diinjak dan dilangkahi (maksudnya berjalan kaki). Kami tak
hendak jadi bujang tembakau”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Puun Kais memperhatikan pemantik api bensin yang saya pergunakan.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="525">“Bagus benar. Adakah buatanmu sendiri?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="525">“Buatan pabrik, Girang”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="525">“Adakah pabrik itu di tempatmu?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="525">“Di luar negeri. Kalau Girang ingin, ambillah”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="525">“Aku, tak perlu. Kalau rusak, aku tak dapat membetulkannya”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Kalimat ini saya terima sebagai sindiran, karena orang-orang yang
biasa berziarah kepadanya, tentu membawa pemantik api bensin yang tak
asing lagi bagi Puun Kais.<br />
Tengah kami bercakap-cakap, tiba-tiba berdiri seorang Baduy Dalam
lain di samping Puun Kais, tak ketahuan darimana datangnya, karena
sangat gesitnya bertindak. Ia berkata kepada Puun Kais, bahwa di hutan
yang dekat dari sana, ada seekor kancil. Puun Kais menoleh, dan berkata:<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="55">+</td>
<td valign="top" width="528">“Hari sudah mulai gelap. Kancil itu kita kejar esok hari saja. Jika esok hari tidak ada, biarkan ia hidup”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Mendengar peristiwa itu, Sopian kawan kami itu berkata:<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 571px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49"><br /></td>
<td valign="top" width="534">“Sayang, mengapa tidak dikejar. Kalau kancil itu tertangkap, saya berani menukarinya dengan ikan peda 50 ekor”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Puun Kais berkata.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="534">“Tidak mungkin (<i>hanteu</i>)”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="534">“Seratus ekor”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="534"><i>“Hanteu”</i>.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="534">“Dua ratus ekor”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="534">“Seribu atau dua ribu ekor pun tetap tidak
dapat. Engkau pintar. Ikan peda, banyak di kedai dan di toko. Ia tak
ber-nyawa, tak dapat bergerak. Engkau boleh mengambil sesuka hatimu,
asal ada uang. Tapi kancil makhluk bernyawa. Dikejar, ia lari,
disergap, belum tentu dapat. Andaikata permintaanmu itu kusanggupi,
besok atau lusa pedamu sudah ada di sini, sedang kancilku belum tentu
ada. Betapa mungkin manusia <i>“tigin ka jangji bela ka lisan”</i>
(memenuhi janjinya dan perkataannya). Apabila kancil itu ada di tanganku
sekarang atau esok hari, dan engkau ada di depanku, mengapa harus
ditukar dengan peda, engkau boleh makan dagingnya
sekenyang-kenyangnya”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Senja hari, setelah kami mandi di sungai Ciujung, kami diajak
bermalam di rumah Puun Kais yang ada di perkampungan Baduy Dalam
Cikeusik. Kami masih sempat memperhatikan keadaan perkampungan itu.
Rumah-rumahnya sangat berdekatan. Antara rumah dengan rumah tak
berpagar, demikian pula perkampungannya. Rumah mereka bertiang kayu
beratap rumbia. Lantainya dibuat dari bambu yang diremukkan membujur (<i>palupuh</i> = Sunda). Tinggi kolongnya <span style="text-decoration: underline;">+</span>
1,50 m. Untuk naik ke atas lantai, ada tangga pendek dari bambu. Di
ujung tangga disediakan perian yang berisi air untuk membasuh kaki.
Dapurnya ada di dalam rumah.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://artshangkala.files.wordpress.com/2010/02/rumah-kanekes-baduy-1979.jpg"><img alt="" class="alignnone size-full wp-image-2677" src="http://artshangkala.files.wordpress.com/2010/02/rumah-kanekes-baduy-1979.jpg?w=570" title="Rumah Kanekes (Baduy) 1979" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Rumah adat Kanekes / Baduy</div>
Ketika kami tiba, isteri Puun Kais sedang memasak nasi. Puun Kais
sendiri membantu dengan cekatan. Setelah nasi masak, dibentangkannya dua
helai tikar untuk tempat kami makan dan tidur. Penghuni rumah
bersama-sama makan dengan kami. Tempat nasi adalah sebuah piring batu,
besar (piring antik). Kami masing-masing mendapat sehelai daun pisang
untuk pengganti piring, karena mereka tidak boleh mempunyai piring
pinggan biasa. Lauk pauknya lain dari pada ikan peda yang kami bawa dari
rumah, ada garam lama (<i>uyah nahun</i>), gulai atau rebus <i>biji hiris </i>(Cayanus cayan Millsp. fam. Leguminosae), dan petai yang dikeringkan.<br />
Nasinya putih bersih, tetapi keras dan berderai (<i>bear</i> =
Sunda), hingga sukar disuapkan. Akan tetapi bagi mereka sudah biasa dan
suapnya pun berlainan, ialah nasi itu tak ditaruh diujung jari,
melainkan ada di antara telapak tangan dari jari, lalu dilemparkan ke
dalam mulutnya. Karena itu ujung jarinya tak sampai masuk ke dalam
mulut.<br />
<div style="text-align: center;">
*</div>
Tengah kami makan, Puun Mantan berkata.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 571px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Agaknya kamu belum biasa makan nasi ladang”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="553">“Hanya sukar menyuapkannya saja, ayah. Nasi ayah ini tak dapat dikepal.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Sungguh pun begitu, orang yang makan nasi
ini lebih tahan lapar dari pada makan nasi di tempatmu. Bila engkau
biasa makan nasimu sehari tiga kali, dengan nasi kami ini cukup dua
kali saja. Demikian sepanjang kata orang-orang kami yang pernah makan
di luar Baduy. Pada hematku nasi sawah itu kurang kekuatannya dari
pada nasi ladang”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Selesai makan, kami duduk-duduk di atas tikar. Sedangkan Puun Manten
bersama istrinya dan anak-anaknya duduk di atas lantai bambu tak
beralaskan apa-apa. Saya berkata :<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="553">“Mengapa Girang duduk tidak bertikar. Ambillah yang sehelai ini untuk Girang dan Ambu (istri Puun Kais)”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Tidak. Tikar ini kusediakan bagi tamu. Kami tidak biasa bertikar berbantal, apalagi tidur berkasur”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="553">“Seorang bekas Puun tidur tidak berkasur berbantal?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Puun sendiri tidak berkasur berbantal”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="553">“Mengapa?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="553">“Kami takut kalau-kalau terlalu nyenyak
tidur. Terutama bagi kami, tidur di atas kasur itu adalah suatu
larangan. Sedang bantal ada juga seorang dua yang empunya. Kamu pun
terpaksa di sini tidur tak berbantal, karena aku tak punya barang
sebuah pun”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Saya mengambil kain putih dari dalam tas dan diserahkan kepada Puun Manten sebagai buah tangan bagi keluarganya.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Apakah ini?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Kain putih, Girang”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Ya,… aku tahu ini kain putih. Tapi apakah maksudmu?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Untuk keluarga Girang”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Tidak perlu. Lebih baik kau simpan lagi. Kami orang Sunda hanya boleh memberi tak boleh meminta (<i>wenang mere teu wenang menta</i>). Orang yang pandai meminta adalah tukang baramaen (orang minta-minta)”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Aku sendiri orang Sunda”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Entahlah. Engkau orang Sunda atau bukan
tak menjadi soal kepadaku. Bahasamu dapat kupahamkan, tetapi kita
berlainan bagian karena berlainan tempat kelahiran. Bagian kami di
sini hidup terbatas dengan ketentuan larangan kebuyutan. Bagian kamu
di luar, hidup bebas, dapat melakukan sembarang kehendakmu”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Walaupun begitu, kain ini aku yang memberi
kepada Girang, bukannya Girang yang meminta kepadaku. Apakah
beri-memberi terlarang pula?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Tidak, bahkan diharuskan. Adakah kainmu
ini bukan kau dapat dari pembagian Pemerintah? Kabarnya orang-orang di
luar mendapat bagian pakaian dan makanan dari negara (maksudnya
distribusi). Tak masuk pada akalku orang yang sehat-sehat seperti kamu
sekalian harus dibagi makanan dan pakaian”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Meskipun dibagi, tapi dengan membeli juga.
Dan kain putih ini aku tak tahu dengan pasti darimana asalnya, sebab
didapat dari istriku”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Walaupun dibeli, harganya tak seperti
harga pasar. Dan aku tidak mengerti mengapa engkau membawa benda yang
tak kau ketahui asalnya”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Tetapi senang benar hatiku, bila kain
putih ini ayah terima. Aku tak sanggup membawanya kembali, karena
perjalanan dari sini ke tempatku sangat berat bagiku. Jangankan
membawa beban, sedang membawa tubuh pun merasa letih. Lain dari pada
itu, andaikata kain ini berasal dari pembagian sekalipun, namun tetap
kepunyaanku, bukannya benda curian. Jikalau ayah tak suka memakainya,
boleh dibuang, dibakar atau dijual”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Kalau demikian, baiklah kuterima. Tetapi
aku berharap agar pemberian ini terbit dari hatimu yang tulus ikhlas,
dan hendaklah kau izinkan bila esok atau lusa benda ini kutukarkan
dengan benda lain. Kami disini tidak boleh memakai kain sehalus ini.
Pakaian kami harus dari kain yang kami tenun sendiri”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Kemudian pembicaraan kami beralih kepada peristiwa negara pada masa itu.<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Aku mendengar kabar, bahwa negara kita
telah terlepas dari kekuasaan Belanda. Masih banyakkah orang-orang
Belanda di tempatmu?”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">Pertanyaan itu tentu saja saya jawab “masih banyak” karena waktu itu adalah tanggal 7 Januari 1950″.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Adakah mereka masih menjadi <i>Pangagung?</i> (memegang jabatan tinggi)”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="544">“Tidak. Tampuk pimpinan pemerintahan ada di tangan orang-orang awak”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="544">“Menurut pakem kami, kekuasaan Belanda di
sini harus sudah hapus semenjak 100 tahun yang lampau. Mereka tak
mungkin berkuasa kembali, sebab telah tiba <i>“disnya”</i> (batas
yang ditunjuk). Setelah habis kekuasaan Belanda, masih ada lagi
beberapa bangsa asing yang menduduki tanah air kita ini. Akan tetapi
pada hematku, mereka hanya untuk mengacaukan saja, karena kekuasaannya
telah dihabiskan Belanda oleh kelebihan waktu 100 tahun itu.
Sesungguhnya ada suatu kesalahan besar yang dijalankan oleh orang
dulu-dulu di luar. Mereka telah menjual tanah kepada orang-orang
Belanda dan orang-orang asing lainnya. Karena itu, orang-orang asing
itu mempunyai tanah di sini, bercocok tanam, merasa beruntung dan
akibatnya tak mau melepaskan tanahnya itu. Orang-orang Belanda dan
orang-orang asing yang datang kemari hanya untuk berdagang dan berjual
beli, bukan untuk berkebun berladang. Mereka mempunyai tanah air
sendiri”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
Puun Manten bertanya pula :<br />
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 570px;">
<tbody>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="534">“Kabarnya kamu berperang dengan Belanda”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="534">“Terpaksa, karena masing-masing mempertahankan pendiriannya”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="534">“Apakah tak lebih baik bila diselesaikan dengan perundingan”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="534">“Berunding dan berdamai sudah kami jalankan, tetapi akhir-akhirnya bertempur juga”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="534">“Berperang berarti berbunuh-bunuhan.
Akibatnya niscaya banyak anak-anak dan perempuan yang terlantar. Pada
hematku, bila perundingan itu dijalankan dengan tulus ikhlas, mengapa
tak mendapat penyesuaian?. Kamu di luar orang pandai-pandai.
Orang-orang Belanda pun tak semua buruk dan tamak; mereka tentu
mengetahui bahwa batas kekuasaannya di sini telah lampau. Pada hematku
perundingan itu dapat diatur agar tak merugikan kedua belah pihak,
misalnya begini: Kepandaian Belanda tentang mengatur negara, membuat
uang, membuat pakaian dan sebagainya, kamu ambil dahulu. Orang-orang
Belanda yang baik hati, niscaya bersedia memberikan kepandaian itu
kepada kamu. Kelak, bila kamu telah pandai sebagai mereka, orang-orang
Belanda itu disuruh pulang dengan diberi uang secukupnya untuk
tambangan (biaya perjalanan) dan untuk hidup di tanah airnya”.</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">-</td>
<td valign="top" width="534">“Apakah manusia itu tak boleh berperang?”</td>
</tr>
<tr>
<td valign="top" width="49">+</td>
<td valign="top" width="534">“Kamu boleh, kami tidak. Akan tetapi cara
kamu berperang menurut kabar yang kudengar, tak masuk pada akalku.
Orang-orang yang berperang pada masa ini, dibolehkan membakar rumah,
membunuh perempuan dan anak-anak atau menyiksa orang-orang yang tak
berdosa. Pada pakem kami, ada peristiwa <i>perang ayunan</i>.
Orang-orang yang berperang ayunan, harus sama senjatanya, seimbang
tenaganya. Musuh lawan harus memegang kejujuran. Barang siapa yang tak
jujur, meskipun ia menang, tetap kalah”.</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<hr size="1" />
[1] Ketika buku ini ditulis, kedua-duanya masih hidup dan ada di Bogor.</div>
goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-67099885502337391192012-10-09T02:10:00.000+07:002012-10-11T23:29:17.383+07:00Retrospeksi Ulang Tahun Jogjakarta Hadiningrat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG3i5Sz3YZLaS6wxq3-OwwRMtw9iZNctAPIbYEncwiA5NN0XMY2K7inLPlS-WkrxDgHbXxqWjxm8LyZKqWJbCv6WtPNG85qp7vPyBUH_Gb99v_zBl2AxlWY1ZjISyyEdKGNZjnkVj_muq0/s1600/motor.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG3i5Sz3YZLaS6wxq3-OwwRMtw9iZNctAPIbYEncwiA5NN0XMY2K7inLPlS-WkrxDgHbXxqWjxm8LyZKqWJbCv6WtPNG85qp7vPyBUH_Gb99v_zBl2AxlWY1ZjISyyEdKGNZjnkVj_muq0/s200/motor.jpg" width="149" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Berangkat kerja dengan Busana Jawa</td></tr>
</tbody></table>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQn89oQRqwYkwTMrD158izSJ1HwFtEPosbDYYe3J_ar2paQQKURTm8etLp8uL_sA7d4jNvCt3EawhzfJ_TXONLl-8wbOkXCl2akGptfpfy3TvJzfIkXSG1pATXG9EnIs9Ia-iUoN-5iCvY/s1600/hut+yogya+014p.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQn89oQRqwYkwTMrD158izSJ1HwFtEPosbDYYe3J_ar2paQQKURTm8etLp8uL_sA7d4jNvCt3EawhzfJ_TXONLl-8wbOkXCl2akGptfpfy3TvJzfIkXSG1pATXG9EnIs9Ia-iUoN-5iCvY/s200/hut+yogya+014p.jpg" width="133" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anak-anak Sekolah merayakan Ultah Jogja</td></tr>
</tbody></table>
Ada yang beda pagi ini ketika aku berangkat sekolah untuk tugas mulia mencerdaskan kehidupan bangsa (wuih, he...he...), tampak pemandangan unik di jalan-jalan sepanjang kota Jogjakarta. Dari rumahku di kawasan Karangwaru yang merupakan kawasan utara kota Jogja kususuri Jalan hingga Kawasan Jalan Kusuma Negara untuk mengantarkan anakku yang sekolah di SMA 8 Yogyakarta. Track yang kulewati cukup panjang sehingga cukup banyak pula keunikan kujumpai di Jalanan yakni anak-anak sekolah dan orang-orang dewasa dalam balutan busana Jawa menuju sekolah atau tempat kerja masing-masing. Ya,... mereka merayakan ulang tahun Jogjakarta yang ke-256 di tahun 2012 ini dengan berbusana Jawa sembari tetap beraktivitas seperti biasa.<br />
<br />
Banyak yang bertanya-tanya tentang ulang tahun yang jatuh 7 Oktober ini ulang tahun kota Jogja ataukah Provinsi DIY?<br />
Jika dirunut ke belakang, Pangeran Mangkubumi mendapat kekuasaan atas tanah Mataram bagian Barat Sungai Opak (sungai yang membelah kawasan Candi Prambanan) setelah perjanjian Giyanti tahun 1755 M. Sementara sisi timur Sungai Opak di bawah kekuasaan Susuhunan Pakubuwana III yang kerajaannya berpusat di Surakarta.<br />
Kawasan Mataram adalah wilayah yang dihadiahkan kepada Kyai Ageng Pemanahan oleh Sultan Pajang (Kerajaan di sekitar Solo sebelum Kasunanan Surakarta berdiri) atas jasanya bersama Sultan Hadi Wijaya (putranya) berhasil mengalahkan Aryo Penangsang (yang dianggap sebagai pemberontak kerajaan). Hadiah ini diberikan tercatat tahun 1527 M. Jadi, pada saat perjanjian Giyanti diputuskan, wilayah Mataram yang semula berpusat di Kota Gede sudah merupakan daerah yang 'Rejo' apalagi pernah mengalami masa jaya pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma memerintah (1613-1645 M). Sebelum 1527 M daerah ini merupakan hutan belantara yang disebut alas Mentaok.<br />
Pangeran Mangkubumi selanjutnya melegalkan kekuasaannya dengan membangun Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dan menerbitkan piagam pendirian Kerajaan Ngayogyakarta yang merdeka dan berdaulat yang ditanda tangani pemerintahan Kolonial Belanda pada 7 Oktober 1756 M. Pangeran Mangkubumi kemudian menyandang gelar Sri Sultan Hamengkubuwana I. Inilah tonggak yang dijadikan dasar Ulang Tahun Kota Yogyakarta. Hingga masa perang kemerdekaan Indonesia, wilayah yang berada di bawah kekuasaan Keraton Ngayogyakarto adalah wilayah merdeka dari rengkuhan kolonialisme Belanda. Itulah yang menjadikan ISTIMEWA-nya yogyakarta.<br />
Berikut foto-foto suasana Jogja tempo doeloe :<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs8G5rwgBWeNC9UZEp7vxP_V4x91qvqGMZDGMQLjWP5LAoLM7EVqBjiWKc-Ojd4sA1eNHvVol2MXCmgjfz3sikUtHAxrcUuvZe6q_8YTFZD2CEXDHnWMhNzhzHWy9HYh-Xn4XzHUORRmnD/s1600/tugu+pal+putihedit.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs8G5rwgBWeNC9UZEp7vxP_V4x91qvqGMZDGMQLjWP5LAoLM7EVqBjiWKc-Ojd4sA1eNHvVol2MXCmgjfz3sikUtHAxrcUuvZe6q_8YTFZD2CEXDHnWMhNzhzHWy9HYh-Xn4XzHUORRmnD/s400/tugu+pal+putihedit.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tugu ini buatan Belanda th 1889. Tugu Asli yang didirikan HB I runtuh akibat Gempa dahsyat</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZd5hBwFMtWxcNGn_GW_naoWucdTw3S5noXqoqw1VAU6-QJes-oUObMghL7hyvDhpnLWpC-PUkIuTMYc42SPQUO57tDkDPZbfU3hyphenhyphenEDgsqYTzdUkneKdxHMtwDeJfM8Kw2z7NK4bZ61zq7/s1600/old-beringharjo-31.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZd5hBwFMtWxcNGn_GW_naoWucdTw3S5noXqoqw1VAU6-QJes-oUObMghL7hyvDhpnLWpC-PUkIuTMYc42SPQUO57tDkDPZbfU3hyphenhyphenEDgsqYTzdUkneKdxHMtwDeJfM8Kw2z7NK4bZ61zq7/s320/old-beringharjo-31.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pasar Beringharjo diambil dari arah selatan (sekitar awal 1900-an)</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh2RCJgq0DlUNWhVKUD-HRtRujD8buiJUWkJ8Y6GklzKlhu9o68CNXdebQGQm3A87dp1GaWaTb5lx_poFuQFKUuGbRv2-T73gYuS93GU4kDIKkuBUl_6GmPuENI5oBTxK5MoA_W9dwYEOd/s1600/PARANGTRITIS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="234" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh2RCJgq0DlUNWhVKUD-HRtRujD8buiJUWkJ8Y6GklzKlhu9o68CNXdebQGQm3A87dp1GaWaTb5lx_poFuQFKUuGbRv2-T73gYuS93GU4kDIKkuBUl_6GmPuENI5oBTxK5MoA_W9dwYEOd/s320/PARANGTRITIS.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pembuat Garam di Pantai Parang Tritis (sekitar awal 1900-an)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1sQE0Npyc3VNBfsT7yH9wNmNzkPXZEBmsZFTG_6v6UIb6umJjG2iDB7mBpCCHh3eJw49rWZojbj7TZBKJF32VCPfHlptFrbOB2YQACWDRa8uU7KynVU3xoUKR7loRhHymI7gCFWPkrXnz/s1600/SEKATEN%3C1949.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1sQE0Npyc3VNBfsT7yH9wNmNzkPXZEBmsZFTG_6v6UIb6umJjG2iDB7mBpCCHh3eJw49rWZojbj7TZBKJF32VCPfHlptFrbOB2YQACWDRa8uU7KynVU3xoUKR7loRhHymI7gCFWPkrXnz/s320/SEKATEN%3C1949.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana Sekaten di Alun-alun Utara (sekitar awal kemerdekaan)<br />
<br />
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Saat ini Jogjakarta menjadi kota besar yang terkenal hingga manca negara. Rakyatnya hidup tenteram dan damai dibawah pemerintahan Raja Sri Sultan HB X yang setelah beberapa tahun diguncang prahara politik tentang kedudukan beliau sebagai Gubernur Provinsi DIY. Sebagian kalangan berpendapat demi menegakkan demokrasi, maka jabatan guberbur harus melalui mekanisme pilkada. Sementara rakyat Jogja sendiri justru menginginkan Sri Sultan sebagai Raja otomatis juga penguasa wilayah teritorial Provinsi DIY melalui penetapan. Perjuangan yang cukup santun dan bersahaja bahu membahu antara raja dan rakyat menghasilkan keputusan Pemerintah RI mengakui keistimewaan DIY dengan tetap menjadikan Raja sebagai Gubernur.<br />
Jika mencermati kehidupan di Jogja saat ini yang sempurna sebagai kota yang paling layak huni ( Hasil indeks persepsi kenyamanan 12 kota di Indonesia oleh IAP=Ikatan Ahli Perencana), berbagai fasilitas publik yang mudah dijangkau serta murah, dan pelayanan publik yang bebas korupsi kolusi, maka ini dianggap sebagai sebuah lompatan besar. Mengingat keberadaan Jogja baru mulai pada abad 15 (dengan Ki Ageng Pemanahan sebagai cikal bakal) yang sebelumnya adalah sebuah hutan belantara. Dibandingkan dengan kota Solo, Boyolali, Salatiga, Demak, yang sudah eksis terlebih dahulu; bahkan Magelang (Kedu) yang sudah berdiri Kerajaan Syailendra pada Abad ke 7 memang Jogja lebih muda. Tak bisa dibayangkan, saat Wangsa Syailendra hiruk pikuk membangun Candi Borobudur dan Wangsa Sanjaya membangun Candi Prambanan; kawasan Jogja adalah hutan belantara! Dan kini kita bisa menyaksikan perkembangan masing-masing kota.<br />
Jika silsilah pendiri Jogja masih bisa ditelusuri hingga saat ini, bagaimana dengan silsilah Wangsa Syailendra dan Wangsa Sanjaya? Atau setidaknya dimanakah kantung-kantung pemeluk Budha yang manghasilkan karya agung Borobudur serta pemeluk Hindu yang menghasilkan Prambanan? hm....pepatah mengatakan 'MASA KINI ADALAH KUNCI MASA LALU', so jangan-jangan aku yang dilahirkan di Kedu dari Ibu yang berdarah Jogja ini nenek moyangnya pernah hidup di masa Syailendra ya? (andai aku punya mesin waktu....)<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwJwm-1VnnP9uJTunUNk3tzmk5pAicExr_yd2grZLYHWCO2V8BaSgOoyP37_LZsWxVDCASyYgKBAnKUoTwDgddxTee7YJ-xAV4jfi0uraFXkBKsQe0gJnygXcIJY3i-rtw0vIXejF8DAzx/s1600/ridwan+time-machine.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwJwm-1VnnP9uJTunUNk3tzmk5pAicExr_yd2grZLYHWCO2V8BaSgOoyP37_LZsWxVDCASyYgKBAnKUoTwDgddxTee7YJ-xAV4jfi0uraFXkBKsQe0gJnygXcIJY3i-rtw0vIXejF8DAzx/s400/ridwan+time-machine.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Mesin waktu : berkelana ke masa lalu dan masa depan</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-35341962715218075232012-06-06T19:56:00.002+07:002012-06-06T19:57:46.878+07:00Gerhana Venus<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTHSPSL54YQdq3ZtOiWNeuz9Uw3iqQwAdjAjSYkzgYwteftfS53pKwJBVUGS3y9cUtfqt-ZkU3cuQDSqQu0HQaBbZlT9HDREyuXlxcTy3c3n9V3Un-ewXvNqnerf9L4Q1VvrIUKEO39QbK/s1600/kecil-66265217727-venusss.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTHSPSL54YQdq3ZtOiWNeuz9Uw3iqQwAdjAjSYkzgYwteftfS53pKwJBVUGS3y9cUtfqt-ZkU3cuQDSqQu0HQaBbZlT9HDREyuXlxcTy3c3n9V3Un-ewXvNqnerf9L4Q1VvrIUKEO39QbK/s200/kecil-66265217727-venusss.jpg" width="200" /></a></div>
Hari ini, Selasa Kliwon 6 Juni 2012 adalah hari begitu istimewa bagi para pecinta astronomi (bukan lantaran ini adalah nepton Nina anakku sih, he...he...). Sebuah kejadian langka yang akan terjadi ratusan tahun lagi bisa diamati hari ini. Dan bagusnya dapat dilihat dengan mata telanjang meski harus dengan trik terntentu. Yaitu kejadian Gerhana Venus, kalau para astronom menyebutnya transit Venus. Yaitu venus melintas di depan Bumi saat bumi berhadapan langsung dengan Matahari. Mirip seperti gerhana bulan, dimana Matahari tampak tertutup oleh Bulan terlihat dari belahan Bumi wilayah tertentu. Ukuran Venus yang kecil dibanding Bumi tampak hanya setitik noktah pada cerahnya Matahari siang hari Kejadian ini terjadi antara jam 10 sampai jam 13 siang tadi. Seperti tampak pada gambar di atas.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio6Lq9Zukn8veLA5pVQwICkUqZevXoSArcetihMxQoFtRjeOQbUDbYbj2Hd3oq2oGosLvxE0PSuuPdC4FWsh07pDaDInRp481H25UwUTuS7yb_7Ec2tk9Vqg_ZjozHnn11DTn3ELFS_wYa/s1600/venus.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEio6Lq9Zukn8veLA5pVQwICkUqZevXoSArcetihMxQoFtRjeOQbUDbYbj2Hd3oq2oGosLvxE0PSuuPdC4FWsh07pDaDInRp481H25UwUTuS7yb_7Ec2tk9Vqg_ZjozHnn11DTn3ELFS_wYa/s200/venus.jpg" width="182" /></a></div>
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEincYPZXU6jYntN7c_WHnDZOJ_kX_7_1OUOexn22GoMbdadCotySdUZL84Yi3V_GIas5T_6dieqwUYzoXJDaCVXWUFTWMfIqVls9xSyKehxpeUbwjVn4VB7NXMXUOfCXRnmMk5g-lA2OLew/s1600/Moon-venus.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="130" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEincYPZXU6jYntN7c_WHnDZOJ_kX_7_1OUOexn22GoMbdadCotySdUZL84Yi3V_GIas5T_6dieqwUYzoXJDaCVXWUFTWMfIqVls9xSyKehxpeUbwjVn4VB7NXMXUOfCXRnmMk5g-lA2OLew/s200/Moon-venus.jpg" width="200" /></a>Nama Venus sering diasosiasikan dengan gender perempuan, sebagai lawan dengan Mars yang berkarakter maskulin. Nama ini diambil dari nama Dewi dalam mitologi Yunani yakni Dewi Venus yang menikah dengan Dewa Volcano. Dewi Venus adalah lambang kesuburan dan feminisme. Kemunculan planet yang berwarna cerah memantulkan sinar matahari tiap malam setelah Matahari terbenam tampak sebuah fenomena alam yang indah. Apalagi jika muncul bersamaan dengan munculnya bulan muda akan menjadi sangat eksotis penampakan di langit barat. Itulah sebabnya kecantikan dan keelokan perempuan yang fenomenal seringkali diidentikan dengan keindahan venus tiap hari ini.<br />
<br />
Lalu, apa yang menarik dari fenomena Gerhana Venus? yang mungkin tidak ada kesan cantiknya sama sekali. Untuk melihatnya saja susah sekali. Dengan mata telanjang tanpa alat di teriknya Matahari tentu akan sangat menyakitkan mata. Maka teknik yang saya lakukan tadi siang adalah dengan menyediakan air di ember, saya lihat pantulan Matahari yang setitik ditutupi Venus ini di pantulan air. Tapi cara inipun masih sangat menyilaukan mata. Sehingga saya harus melihat dengan kaca helm yang lebih adem. Agak sulit juga melihat titik hitam itu. Tapi untunglah terlihat juga.<br />
<br />
Yang membuatku ingin menulis di blog ini tentang Venus adalah, konon Venus ini adalah planet yang indah dan subur pada zamannya. Dikala waktu itu Bumi masih sangat primitif, pembentukan padatan dari magma yang membeku tengah terjadi. Seiring berjalannya waktu Matahari semakin tua dan ganas. Venus tergoreng oleh ganas panasnya Matahari, sehingga kini menjadi sebuah gumpalan magma lagi seperti saat awal kejadiannya di era awal the big bang. Fenomena tergorengnya Venus harus dipelajari (terlebih lagi saat satu garis dengan Bumi ini) untuk mengantisipasi hal yang sama terjadi pada Bumi. Pada masanya, Bumipun bakal digoreng Matahari dan menjadi gumpalan magma yang panas lagi yang tak mungkin dihuni makhluk hidup. Saat itu Mars tengah menuju kebangkitannya yang kedua. Dan makhluk hidup bermigrasi ke Mars atau malah disebut pulang kampung kali ya? Karena konon asal mula kehidupan di Bumi berasal dari Mars yang rusak karena salah kelola.<br />
<br />
Hm...jika ada pernyataan segala sesuatu akan kembali pada asal muasalnya, maka inilah asal muasal kehidupan Bumi yakni dari Mars dan akan kembali ke Mars.<br />
Wallahu a'lam.....</div>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-7193224326778936902012-03-21T01:52:00.004+07:002012-03-23T03:33:39.800+07:00Remaja Blogging<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIBu4bAE5k9oNo97SzCY6920Z5uW5AOOt4t-0gqLAMy5fDZNPD_kvkpi_afLswd7br8O9jISzvUfcvJVgn3caBccSdU8inSrgYaTa3vril4_hj0g7UvKcF_LExFVEKTPbM5DCt8lk67enf/s1600/mslk-blogging-evolution-logos-platforms.jpg"><img alt="" border="0" height="133" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5722056228434956178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIBu4bAE5k9oNo97SzCY6920Z5uW5AOOt4t-0gqLAMy5fDZNPD_kvkpi_afLswd7br8O9jISzvUfcvJVgn3caBccSdU8inSrgYaTa3vril4_hj0g7UvKcF_LExFVEKTPbM5DCt8lk67enf/s200/mslk-blogging-evolution-logos-platforms.jpg" style="float: left; height: 267px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 400px;" width="200" /></a><br />
Semua berawal dari futurolog Alvin Toffler yang sekian dekade lalu memprediksi bahwa suatu ketika dunia menjadi terasa begitu sempit, batas ruang dan waktu menjadi nisbi. Bahkan dikatakan bahwa umat manusia bisa dikatakan hanya tinggal dalam satu ‘kampung dunia’.<br />
<br />
Kini gejala-gejala itu sudah mulai kita rasakan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Pelajar dan sekaligus remaja adalah <span style="font-style: italic;">user</span> paling aktif dalam memanfaatkan perkembangan dunia silikon ini. Seringkali para guru sebagai generasi tua justru merasa terkalahkan <span style="font-style: italic;">mindset</span> teknologinya dengan komentar mereka “<span style="font-style: italic;">Gadget</span> yang dimiliki murid-murid saya jauh lebih canggih dari yang saya miliki’. Bahkan orang tua cenderung mengalah untuk membelikan <span style="font-style: italic;">gadget</span> yang lebih canggih bagi anaknya daripada miliknya sendiri.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXFaBCgrBt34vTTzRWv1vqidhhbbLXQGvPlvnM2yQL-FZ6i-1iSInJUee2nLYG7tdqkLdaa8yPylcwOrnRAKJrfWbppjfceDGKkUlENNVc3KIhz4VAZF4osVSyiCeSypMa7TWnDvNqz8My/s1600/blog-uad.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5722057864303437906" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXFaBCgrBt34vTTzRWv1vqidhhbbLXQGvPlvnM2yQL-FZ6i-1iSInJUee2nLYG7tdqkLdaa8yPylcwOrnRAKJrfWbppjfceDGKkUlENNVc3KIhz4VAZF4osVSyiCeSypMa7TWnDvNqz8My/s400/blog-uad.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; display: block; height: 273px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a><span style="font-size: 78%;">(Tristiana Galuh (juara I), Pandu Rijal Pasha (juara III), Karina Maghvira (Juara Harapan I), Rahmi Novita (Juara Harapan II))</span><br />
<br />
Fenomena lompatan kuantum teknologi informasi dan komunikasi bagi remaja ini harus disikapi dengan teknologi pula, agar anak-anak bisa ‘ngeli’ tanpa harus ‘keli’ (mengalir tanpa berarti hanyut). Blog adalah... (click <span style="color: #0b5394;">Permalink</span> to continue....)<br />
<a name='more'></a>salah satunya. Blog adalah salah satu produk IT yang strategis menjadi alternatif bagi kawula muda menyampaikan isi hatinya.<br />
<br />
Blog adalah perkembangan versi berikutnya dari website. Bahkan dikatakan bahwa blog adalah website generasi kedua (www2). Maksudnya, blog adalah website yang bersifat dinamis, dimana kontennya bisa <span style="font-style: italic;">update</span> setiap saat. Sifatnya yang dinamis inilah cocok bagi psikologis remaja yang selalu bergairah dengan perubahan. Blog bisa menjadi jawaban bagi remaja untuk eksis di dunia maya. Kita tahu, psikologi perkembangan remaja berada pada taraf eksistensi yang intens dan massiv. Fenomena <span style="font-style: italic;">alay</span> adalah salah satunya. <span style="font-style: italic;">Nah</span>, blog bisa mewadahi hingga setingkat <span style="font-style: italic;">alay</span>, sekalipun. Tak ada masalah jika suatu blog berisi postingan sebagaimana cara anak <span style="font-style: italic;">alay</span> menyampaikan isi hatinya.<br />
<br />
Beberapa remaja bahkan mengalami perkembangan yang matang melalui kegiatan ‘ngeblog’ ini. Wacana serius mereka ungkapkan dalam blog yang mereka buat. Mulai dari fenomena masyarakat marjinal, keistimewaan Jogja, posisi konsumen yang lemah di mata produsen, hingga hobi serius pemrograman komputer dan internet. Ini sebagian blog siswa-siswi MAN Yogyakarta 1 yang berhasil memborong juara di even lomba blog milad UAD Yogyakarta ke 51. Masih banyak blog siswa lain yang eksis dan dewasa mengangkat fenomena-fenomena dunia dalam kaca mata remaja. Banyak sisi positifnya <span style="font-style: italic;">kok ngeblog</span> bagi remaja. Bahkan idola remaja saat ini yang tenar dengan bukunya ‘Kambing Jantan’ lahir dari aktivitasnya menulis blog. Jadi, kalau anak sekarang <span style="font-style: italic;">ga</span> <span style="font-style: italic;">ngeblog, ga gaul deh</span>....</div>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com1Yogyakarta, Indonesia-7.797224 110.368797-7.8601515 110.289833 -7.7342965 110.447761tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-3673753139217791402012-03-20T23:10:00.002+07:002012-03-23T03:34:00.615+07:00Pupuk Otak Kanan Dengan Empati Dan Rasa Sayang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl51YfLuxa874DssWmisULzWd5e9_tpnvTyH7Q3F59700_7X2qY2FUwKwevJr9YJdn5YgsQr3pexA2XSMmnIxnYXmFerrQmYs0ct1dIqyLNnU9jEViaxLZffhvhB9vekOae-vk631-MeO7/s1600/Gears-in-brain.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5722015666624041282" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl51YfLuxa874DssWmisULzWd5e9_tpnvTyH7Q3F59700_7X2qY2FUwKwevJr9YJdn5YgsQr3pexA2XSMmnIxnYXmFerrQmYs0ct1dIqyLNnU9jEViaxLZffhvhB9vekOae-vk631-MeO7/s400/Gears-in-brain.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 186px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 163px;" /></a><br />
Seorang guru yang mengajar berhitung untuk kelas 3 SD, Masuk kelas dengan malas. ”Anak-anak, sekarang kita belajar berhitung,” kata guru. ”Jumlahkan bilangan : 1+2+3+4+5+6+7+…. dan seterusnya sampai terakhir tambah 2000 !” perintah guru. Guru tersebut berfikir bahwa anak-anak tidak akan mempu menyelesaikan tugas tersebut, yaitu menjumlahkan bilangan dari 1 sampai 2000 dalam waktu 2 jam – bahkan jika pakai kalkulator sekalipun. Sehingga guru tersebut dapat duduk-duduk santai saja.<br />
<br />
Tetapi tidak. Hanya dalam waktu sekitar 1 menit, seorang murid mengacungkan tangan dan berkata ”Saya bisa, saya sudah selesai”. Guru tersebut kaget, ”Mana mungkin,” pikirnya. Tetapi murid tersebut memang bisa, dan benar. Ia mengatakan jawaban dari soal itu adalah 2.001.000. Bagaimana caranya?<br />
<br />
Murid itu mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan cepat karena menggunakan otak kanan dan otak kiri secara harmonis. Otak kiri berpikir dengan cara urut, bagian perbagian, dan logis. Sementara otak kanan.... (click <span style="color: #0b5394;">Permalink</span> to continue....)<br />
<a name='more'></a>melengkapinya dengan cara berpikir acak, holistik, dan kreatif.<br />
Coba kita perhatikan cara murid itu menggunakan otak kiri dan otak kanannya sebagai berikut. Pertama, tuliskan kebali soal berhitung di atas sebagai berikut.<br />
<br />
1+2+3+4+…. ….+1997+1998+1999+2000 = ….. ?<br />
Pada saat kita mencoba menggunakan otak kiri saja, pasti sulit. Tapi coba gunakan otak kanan yang acak, … jumlahkan yang pertama dan terakhir. Kita peroleh :<br />
1 + 2000 = 2001<br />
2 + 1999 = 2001<br />
3 + 1998 = 2001<br />
4 + 1997 = 2001 dan seterusnya.<br />
Sehingga kita peroleh jawaban 2001 x 1000 = 2.001.000<br />
<br />
Dalam proses belajar atau kehidupan sehari-hari, orang sering hanya menggunakan setengah kemampuannya saja yaitu otak kiri.<br />
<br />
Sayangnya, pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aktivitas pembelajaran otak kiri, dengan mengunggulkan logika, cara berpikir matematis, dan analitis. Bahkan kekuatan otak kiri di-baku-kan dengan serangkaian tes IQ (Intelligence quotient ). Seseorang yang memiliki skor IQ tinggi dianggap pintar, cerdas, dan jenius. Sedangkan yang skor tes IQ-nya rendah dianggap bodoh, bahkan idiot. Seringnya skor IQ seseorang dikaitkan dengan sukses atau tidak hidupnya di masa depan.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqMe1Qan4ddo_zkoPjVHTxc47I2YEQZz6ohRpsuellFh_Jd3K6kuWuXfuHxQ4Zj_iZkmoWuuxwM9YrAf5INhWnfq05OIBPt1sOZ2nrDUmjsF2uvW6fCdsWuavaYJQOYub1c1IMnEFhGQs/s1600-h/gaya-bercinta-ala-binatang.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5302566782103903778" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqMe1Qan4ddo_zkoPjVHTxc47I2YEQZz6ohRpsuellFh_Jd3K6kuWuXfuHxQ4Zj_iZkmoWuuxwM9YrAf5INhWnfq05OIBPt1sOZ2nrDUmjsF2uvW6fCdsWuavaYJQOYub1c1IMnEFhGQs/s320/gaya-bercinta-ala-binatang.jpg" style="cursor: pointer; float: left; height: 296px; margin: 0pt 10px 10px 0pt; width: 197px;" /></a>Bobby de Potter dalam bukunya yang fenonemal “QUANTUM LEARNING” membongkar semua kepalsuan dan mitos seputar IQ. Banyak orang yang terniliai IQ tinggi, ternyata tidak sukses dalam karir dan bisnisnya di masa depan. Sebaliknya, justru orang-orang yang berhasil dalam hidup, karir dan bisnis itu berangkat dari orang-orang yang pada masa lalunya dianggap tidak memiliki IQ tinggi. Sebut saja Bill Gates, pendiri Microsoft Corporation yang pernah menduduki singgasana orang terkaya di dunia, pada masa sekolahnya justru pernah tidak naik kelas. Bahkan Abdurrahman Wachid (Gus Dur) Presiden Indonesia ke-4 pernah tidak naik kelas saat sekolah menengah di Jakarta. Kisah sukses mereka saat ini bukan karena IQ mereka yang tinggi saat tes di sekolah. Melainkan, karena mereka mengembangkan kemampuan otak kanannya selama masa perkembangan kedewasaannya. Kerja yang seimbang otak kanan dan otak kiri akan menghasilkan kinerja otak yang sangat maksimal.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Nah, bagaimana cara mengembangkan otak kanan?</span><br />
<br />
Belahan otak kanan berfungsi untuk berpikir holistic, spasial, metaphoric dan lebih banyak menyerap konsep matematika, sintesis, mengetahui secara intuitif, elaborasi, dan variabel serta dimensi humanistic mistik. Otak kanan ini mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta, dan bakat artistic. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang mengikat. Belajar menyayangi segala hal, mulai dari menyayangi diri sendiri, menyayangi orang lain tanpa pandang bulu, menyayangi hewan dan tumbuhan, menyayangi kelestarian alam, menyayangi bumi, bahkan menyayangi orang yang membenci kita sekali pun, adalah salah satu bentuk latihan untuk memberdayakan otak kanan.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
"Bila kita mengerti bahwa pengorbanan adalah untuk keuntungan kita juga, dan apabila kita mengerti bahwa yang kita berikan sebagai korban adalah hak mereka yang menerima, dan bila kita percaya bahwa janji itu benar - maka sebuah pengorbanan sama sekali bukan sebuah pengorbanan, tetapi sebagai sebuah tindak kasih sayang, sebuah kecintaan bagi jiwa-jiwa besar"</div>
<div style="text-align: center;">
(Mario Teguh - Sacrifice)</div>
</div>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-28705927042914023882012-03-20T23:09:00.000+07:002012-03-23T03:34:43.806+07:00Agnotisme<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
Seorang murid dari ujung barat pulau Jawa berkirim email</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<blockquote>
Pak,<o:p></o:p> sepertinya buku bertrand russel juga akan memberikan seuatu kepadaku, aku sedang dilanda kebingungan dengan keyakinanku sendiri,apakah dosa itu ada, apakah tuhan itu kejam?<o:p></o:p> <br />
sekian dulu email dariku, aku berharap bapak tetap menjadi hegelku,,,my lovely hegel, dan tetaplah memberiku inspirasi....<o:p></o:p><br />
your boy,</blockquote>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP7dhag2oamcoQV4irSx5bCbFMMe_PwffNnCDd2ikNkZlsCu8WzkZPhMmerMtCAFkRyWsM2w_7v7Btv1_-mSUGHGtTbvTei1oNVAfP-BeWUBMgOC6IfiLjdlr_lcdAEyXLun8DOAB4E1g/s1600-h/GANG+GEL.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5271028261826612514" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP7dhag2oamcoQV4irSx5bCbFMMe_PwffNnCDd2ikNkZlsCu8WzkZPhMmerMtCAFkRyWsM2w_7v7Btv1_-mSUGHGtTbvTei1oNVAfP-BeWUBMgOC6IfiLjdlr_lcdAEyXLun8DOAB4E1g/s320/GANG+GEL.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 150px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><br />
<div class="MsoNormal">
Secara umum, seseorang yang berkeyakinan agama tertentu (atau setidaknya menganut paham mistisisme) mempercayai tiga hal. Yakni percaya pada Tuhan (atau sejenis kekuatan ‘supra’ lainnya), percaya pada utusan Tuhan bagi manusia di bumi, dan percaya pada kehidupan keabadian setelah kematian (immortality). Percaya pada hari pembalasan menjadi modus bagi kaum beragama untuk mengabarkan tentang kebaikan. <span lang="FI">Karena perbuatan jahat di muka bumi akan membuahkan hukuman dan siksa di ‘hari kemudian’ demikian pula sebaliknya. Perbuatan baik yang dilakukan di bumi semata-mata untuk tabungan kebaikan di kehid</span><span lang="FI">upan berikutnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI">Maka, pertanyaan seorang murid yang tangah dan tak henti-hentinya berkontemplasi dengan kehidupan, tentang siksa neraka menjadi menarik untuk dielaborasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"><span style="font-weight: bold;">Iman dan kepercayaan</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI">Seseorang yang membutuhkan agama untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri adalah orang yang takut. Kepercayaan adalah kejahatan karena ia berarti menambahkan lebih banyak arti pada bukti melebihi yang diperlukan. Kita seringkali menggunakan kepercayaan pada hal-hal yang meragukan, belum pasti kebenarannya, atau paling tidak masih debatable statusnya. Kita tidak pernah membicarakan kepercayaan pada tabel perkalian, misalnya. Maka, Iman adalah kejahatan, karena ia berarti memercayai dalil ketika tidak ada alasan yang sahih untuk mempercayainya (Bertrand Russel, dalam</span><span lang="FI"> : “Bertuhan tanpa Agama”).</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI">Russel adalah seorang agnosis. Dia menunda ....</span>(click <span style="color: #0b5394;">Permalink</span> to continue....)<span lang="FI"></span></div>
<a name='more'></a><span lang="FI">untuk percaya pada Tuhan, Nabi dan hari Akhir sampai ada hal-hal yang secara sahih dan memadai dapat dibuktikan kebenarannya. Konsep kebaikan dan kejahatan tidak didasarkan pada perintah Tuhan, Nabi, atau motivasi hari akhir. Tidak juga pada hati nurani. Melainkan pada empati. Konsep empati ia terapkan untuk mendorong orang-orang putus asa tidak dengan dalil-dalil melainkan dengan sebuah logika sederhana :</span><br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI">“Saya akan mendorong orang yang putus asa dengan menunjukkan sesuatu yang bias ia capai. Pada diri kita terdapat sesuatu yang bias kita lakukan, dan kita akan menjadi lebih baik dengan melakukannya. Tidak perlu melibatkan agama. Selalu ada banyak hal yang perlu Anda kerjakan. Misalkan ia berupa kebaikan Anda sendiri. Anda makan pagi tetapi Anda tidak peduli pada agama. Jika Anda peduli pada orang lain Anda akan membutuhkan sangat sedikit agama untuk menyediakan mereka makan pagi. Selalu ada sesuatu yang bisa Anda lakukan untuk orang lain, dan saya memasukkan Anda di dalamnya. Anda tidak memerlukan agama untuk mengetahui hal ini, Anda hanya membutuhkan tindakan rasional atas apa yang mungkin (dilakukan)” (p. 120)</span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0tFo5FfPE2iJb_sm5PBrvRlPOq7UPAHKvXNr3yteyyfuWt9fGtBLFRciYTDVpizo_ZZIy0Wys6MN5Lqi5X4Pl7URJNSJZC8_498KHmTo-zuzec-J-UITLCKDPuFcjqkeuv9nABCa8qUU/s1600-h/RUSSEL+COMIC.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5271029317673556210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0tFo5FfPE2iJb_sm5PBrvRlPOq7UPAHKvXNr3yteyyfuWt9fGtBLFRciYTDVpizo_ZZIy0Wys6MN5Lqi5X4Pl7URJNSJZC8_498KHmTo-zuzec-J-UITLCKDPuFcjqkeuv9nABCa8qUU/s320/RUSSEL+COMIC.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 186px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"><span style="font-weight: bold;">Tentang dosa dan neraka.</span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI">Mengenai konsep ‘dosa’, ia menganggapnya bukan konsep yang berguna. Tentu saja, ia mengakui bahwa sebagian jenis tingkah laku diinginkan dan sebagian tidak diinginkan, tetapi ia berpendapat hukuman atas jenis tindakan yang tidak diinginkan hanya dijatuhkan untuk pencegahan atau perbaikan, bukan dijatuhkan karena hukuman tersebut dianggap hal yang baik dalam dirinya sehingga orang yang bersalah harus menanggungnya. Kepercayaan pada hukuman pembalasan inilah yang menjadikan orang menerima neraka. Inilah sebagian bahaya dari gagasan ‘dosa’.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"></span></div>
<blockquote>
Setiap orang melakukan apa saja yang ia sukai. Misalnya, Anda sangat membenci seseorang sehingga Anda ingin membunuhnya. Mengapa Anda tidak melakukannya? mungkin Anda menjawab : ‘Karena agama mengajarkan pada saya bahwa membunuh itu dosa’. Tetapi sebagai data statistik, penganut agnostik tidak lebih cenderung membunuh dibanding yang lain, pada kenyataannya lebih kecil kecenderungannya. Saya kira setiap orang yang mengkaji sejarah masa lampau dengan cara yang adil akan sampai pada kesimpulan bahwa agama telah menyebabkan lebih banyak penderitaan daripada mencegahnya (p.40).</blockquote>
<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI">Russel, bukanlah seorang komunis. Komunisme, menurut Russel tidak menentang agama, ia hanya menentang agama Kristen demikian juga Islam. Russel adalah sebagian kecil dari orang-orang yang gelisah dengan perkembangan peradaban kemanusiaan saat ini. Kita tengah berada di jaman kemerosotan moral, katanya. Dan indikasi kemajuan moral adalah adanya simpati yang meluas. Sayangnya sejauh ini agama belum memiliki fungsi yang siginifikan dalam hal meluasnya rasa simpati kemanusiaan (kalau tidak ingin dikatakan sebalik, seperti pertikaian antar dan interagama, misalnya).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"></span></div>
<blockquote>
“Rasa takut adalah induk dari kekejaman, karenanya tidak mengherankan jika kekejaman dan agama berjalan beriringan. Ini karena rasa takut menjadi dasar bagi keduanya. Di dunia ini kita sekarang bisa mulai sedikit memahami sesuatu, dan sedikit demi sedikit menguasainya dengan bantuan sains, yang secara bertahap bergerak maju melawan agama dan melawan semua ajaran-ajaran lama. Sains bisa membantu kita menghilangkan penjara ketakutan. Hati kita sendiri pun bisa mengajari kita, untuk tidak lagi mencari dukungan semu, tidak lagi mencari sekutu di langit, tetapi melihat pada upaya kita sendiri di bawah langit untuk menjadikan dunia ini sebagai tempat yang cocok ditempati, bukannya semacam tempat yang dibangun oleh agama-agama dogma selama berabad-abad (p.99).”</blockquote>
<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="FI">Russel, menurut para koleganya, lebih saleh dari orang-orang beragama yang mereka kenal. Maka, meski kurang tepat, buku kumpulan esainya yang berjudul Russel on Religion diterjemahkan menjadi “Bertuhan tanpa agama”<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-family: georgia; font-weight: bold;">Wallahua’alam bishshawab</span></div>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-35948331017247478492012-03-20T23:07:00.002+07:002012-03-23T03:35:24.528+07:00Tarekat Cinta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzqzPajJSk1meK7K0CAp5UtK6CaDA7drPTdJgYGVBMpIhnM9eeeV9giQ-hrnOcgwwveuNH7RTNT1x22aEB0_9Vg9H9LWfM37YOdvanMirEw7gvPRDgnz6EJ7epgZ0YX__1TXxEx9lJgnQc/s1600/sufis-dance-homeira-mortazavi.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5722020358283592994" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzqzPajJSk1meK7K0CAp5UtK6CaDA7drPTdJgYGVBMpIhnM9eeeV9giQ-hrnOcgwwveuNH7RTNT1x22aEB0_9Vg9H9LWfM37YOdvanMirEw7gvPRDgnz6EJ7epgZ0YX__1TXxEx9lJgnQc/s400/sufis-dance-homeira-mortazavi.jpg" style="cursor: hand; cursor: pointer; float: left; height: 400px; margin: 0 10px 10px 0; width: 182px;" /></a><br />
Tarekat (thoriqoh) adalah jalan. Dalam pengertian pendalaman keagamaan, tarekat adalah sebuah jalan yang ditempuh seseorang untuk bisa mencapai pemahaman yang memadai dan mendalam tentang hakikat Allah (ma’rifatullah).<br />
Tahapan untuk mencapai ma’rifatullah, seseorang memulai dengan mengamalkan syariat Islam (hukum-hukum fiqih). Ketika seseorang mampu memahami makna dan hikmah-hikmah yang terkandung di setiap ajaran-ajaran syariat yang diamalkannya, maka dia berada dalam fase hakekat (kesejatian). Nah, mulai dari titik sebagai muslim sejati (hakekat) inilah seseorang bisa melanjutkan perjalanan spiritualnya melalui jalan tarekat untuk mencapai ma’rifatullah. Jalan semacam ini dipilih oleh orang-orang yang menempuh hidup bersih dan suci (Sufi; asal katanya shofa : bersih).<br />
Alkisah, adalah seorang sufi bernama Hasan Bashri (642-737 M) yang bersahabat dengan Robiah Al Adawiyah (sufi perempuan). Hasan Bashri menunjukkan kemampuannya kepada Robiah atas izin Allah bisa berjalan di atas air menyeberangi sungai. Setibanya di seberang sungai, ia terperanjat mendapati Robiah yang sudah sampai terlebih dahulu. Ia bertanya bagaimana Robiah melakukannya. Robiah Al Adawiyah menjelaskan bahwa atas izin Allah dia bisa berjalan di atas angin. Bagaimana Rabiah bisa mendapatkan hal itu? Hasan Bashri penasaran. Robiah menjawab : Dengan cinta!<br />
Robiah Al Adawiyah adalah seorang sufi yang kontroversial. Dia pernah mengajukan pertanyaan kepada Hasan Bashri (dan tertuju kepada seluruh manusia) sebuah pertanyaan krusial : “Apakah engkau menyembah dan mengabdi kepada Allah karena mengharapkan Syurga dan takut neraka?”, lanjutnya : “ Jika Surga dan Neraka tak pernah ada ...(click <span style="color: #0b5394;">Permalink</span> to continue....)<br />
<a name='more'></a>apakah engkau masih mau mengabdi dan menyembah kepada-Nya?” (kisah ini kemudian digubah oleh Ahmad Dhani menjadi sebuah lagu dengan judul Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada).<br />
Bagi Robiah Al Adawiyah, mestinya kita menyembah dan mengabdi kepada Allah atas nama CINTA. Cinta adalah sebuah spirit yang mendorong seseorang untuk secara ikhlas dan tulus melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Spirit cinta menggerakkan seseorang dari dalam jiwanya dalam melakukan sesuatu kepada yang dicintainya tanpa syarat.<br />
Spirit cinta juga yang menggerakkan Robiah Al Adawiyah untuk total mengabdi kepada Allah. Begitu totalnya, hingga ia memutuskan untuk hidup selibat (tidak menikah) dan meninggalkan duniawi yang berpotensi mengganggu cintanya pada Allah. Dan selalu menjaga kesucian diri dari hal sekecil apapun. Dikisahkan, suatu ketika Robiah hendak memasak di dapur dan mendapati bahwa dia kehabisan bawang. Seketika datanglah seekor burung dan menjatuhkan bawang di atas periuk sayurnya. Dia bertanya pada burung, dari mana diperoleh bawang itu. Sang burung tidak bisa menjawab, dan Robiah mengurungkan diri menyantap masakan itu.<br />
Suatu malam, sambil duduk bersimpuh Robiah berguman “Ya Alloh, semua jerih payahku dan semua hasratku diantara kesenangan-kesenangan dunia ini, adalah untuk mengingat Engkau. Dan di akhirat nanti, di antara segala kesenangan akhirat, adalah berjumpa dengan-Mu. Kini berbuatlah seperti yang Engkau kehendaki”. Cinta Robiah teramat besar pada sang Pencipta, hingga doa yang dipanjatkan pun tidak mendikte Allah. Semua pengorbanan besar ini pernah ditanyakan oleh Hasan Bashri ketika berbincang di tepi sungai dan Robiah tengah menjahit pakaiannya yang sobek. Apa yang kau dapat dari Allah jika kau sendiri tidak menuntut apa-apa? Tanya Hasan Bashri. Robiah tercenung sesaat hingga tak terasa jarum jahitnya jatuh ke sungai. Tak berapa lama segerombolan ikan menyembul ke permukaan sambil membawakan sebuah jarum emas untuk Robiah, “Inilah yang kuperoleh dari-Nya“ katanya singkat kepada Hasan Bashri.<br />
Robiah Al Adawiyah, mengajarkan kepada kita tentang cinta yang mendalam kepada Allah. Hingga segala sembah dan ibadah yang dilakukan pun tak menuntut untuk dihargai sebagai surga. Pantaslah segala ungkapan rasanya ini dituliskan dalam sebuah sajak sebagai berikut :<br />
<br />
<blockquote>
”Tuhanku, kalau aku mengabdi kepada-Mu karena takut akan api neraka, masukkanlah aku ke dalam neraka itu, dan besarkanlah tubuhku dalam neraka itu, sehingga tidak ada tempat lagi di nerakat itu buat hamba-hamba Mu yang lain. Kalau aku menyembah-Mu karena berharap mendapatkan surga, berikanlah surga itu kepada hamba-hamba-Mu yang lain, sebab bagiku Engkau saja sudah cukup.”</blockquote>
<br />
<br />
Demi agar ia kuat beribadah, Robiah senantiasa meletakkan kain kafan persiapan dirinya nanti di sebelahnya ketika ia sholat……. Ketika tiba saatnya Robiah harus meninggalkan dunia fana ini,Ia mengisyaratkan dengan tangannya agar orang-orang keluar. Orang-orang yang sebelumnya menunggui, kini satu demi satu membiarkan Robiah sendiri. Setelah itu, mereka mendengar suara dari dalam kamar Robiah.<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOIVuMcA8EsX8L-dIlZ3E2vJvUTJqxUGUzpxS8NmWUgmk_MpJ4YMwgvLJ6rhxN-yCOZ5AkinLbDgut3D5JGEXmFxDDCL4LuYKKnhgLNnJCqk6emW_1y-VAkNcPViwGL9sxbH1aMc0B6xQ/s1600-h/arabiah.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5271023356700518546" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOIVuMcA8EsX8L-dIlZ3E2vJvUTJqxUGUzpxS8NmWUgmk_MpJ4YMwgvLJ6rhxN-yCOZ5AkinLbDgut3D5JGEXmFxDDCL4LuYKKnhgLNnJCqk6emW_1y-VAkNcPViwGL9sxbH1aMc0B6xQ/s320/arabiah.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 82px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 281px;" /></a><br />
<br />
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. (q.s 89: 27-28)”</div>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-51830197459324667712012-03-20T23:04:00.001+07:002012-03-23T03:35:35.612+07:00Metamorfosa Nikmat Tuhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI">(untuk ebi dan fenomena roery-nya)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI">Kita berdoa kepada Tuhan meminta bunga,</span><span lang="FI">…</span><span lang="FI">. Tapi diberi-Nya kaktus berduri. Kita meminta kupu-kupu, tapi diberi-Nya ulat berbulu. Kita sedih....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI">Namun tiba-tiba....kaktus itu berbunga yang indah warnanya. Ulat itu berubah menjadi kupu-kupu cantik sekali....</span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUfr_xP6oALAodFfjDOMd3oBjFEREsDum15Hv8moNYvHaJL9UhAz1qJ1jREqplpx3E3vxgrQ17a7BeCz2_7Fe-nl-vLnYw4rzfJlf2drZ6fcUArojd-Yw3HqX4hYpIEkVTBpfMGCYGfhU/s1600-h/daun.gif"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5268078441849423026" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUfr_xP6oALAodFfjDOMd3oBjFEREsDum15Hv8moNYvHaJL9UhAz1qJ1jREqplpx3E3vxgrQ17a7BeCz2_7Fe-nl-vLnYw4rzfJlf2drZ6fcUArojd-Yw3HqX4hYpIEkVTBpfMGCYGfhU/s320/daun.gif" style="cursor: pointer; display: block; height: 148px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 177px;" /></a><span lang="FI" style="-moz-background-inline-policy: -moz-initial; background: none repeat scroll 0% 50% black;"> </span><span lang="FI"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI">Begitulah kasih sayang Tuhan kepada kita. Kadang yang kita anggap baik untuk kita, tak selamanya hal itu baik untuk kita, demikian pula sebaliknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI">Karena Tuhan tidak selalu menjawab doa kita dengan ”YA”, melainkan selalu dengan ”YANG TERBAIK”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
</div>
<br />
<br />
<table align="left" cellpadding="0" cellspacing="0" style="height: 36px; width: 28px;"> <tbody>
<tr> <td height="9" width="132"><br /></td> </tr>
<tr> <td><br /></td> <td><br /></td> </tr>
</tbody></table>
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI"><o:p> </o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 1in 0.0001pt 45pt;">
<span lang="FI">”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? ”(q.s Ar-Rahman: 18)<o:p></o:p></span></div>
</div>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-75498067666583352412012-03-20T23:00:00.001+07:002012-03-23T03:35:55.585+07:00Hidup Bukanlah Beban<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Seorang Ade Ray.<br />
Dengan tekun dan kontinyu telah melakukan latihan beban untuk<br />
membentuk otot-otot tubuhnya agar menjadi indah dan proporsional. Beban-beban itu bisa saja berupa barbel beberapa alat lain yang aku kurang paham namanya. Ya, sebut saja barbel.<br />
<br />
Kawan,...<br />
Durasi hidup kita di dunia ini makin hari makin bertambah. Otot-otot dan otak kita, semakin menampakkan hasil atas pengelolaan kita dalam durasi yang telah kita lewati, sehingga ada yg berbadan gempal, gendut, kurus, dll.. dan dalam hal itu otot dan otak kita pun semakin terbatas kemampuannya, kelelahan semakin mudah singgah,<br />
kelincahannya semakin menurun..<br />
Kita musti mengurangi porsi bebannya..<br />
<div style="text-align: left;">
dan kita tambah porsi beban untuk jiwa...Beban hidup adalah beban jiwa, yang menggayuti kita.. dan terkadang</div>
bahkan membuat kita menjadi menderita, tersiksa, ataupun merasa<br />
betapa hidup ini melelahkan.. .<br />
Mungkin hal itu disebabkan karena kita tidak sanggup meletakkan beban itu.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH0VqmDUlB_kGknc9HH_FJ9bhW2SUN6aRGG4zMPUD7DE8gUsXQePUv4W4x4AhJolMPWnDix9r3CVfzf7_c9FQrMPJQPFGQu0ZC1nzrtKcJZHJlZNPXwNNSD9mp-BT3V-KTxadP_o6ckVA/s1600-h/beban+hidup.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266512991051320210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiH0VqmDUlB_kGknc9HH_FJ9bhW2SUN6aRGG4zMPUD7DE8gUsXQePUv4W4x4AhJolMPWnDix9r3CVfzf7_c9FQrMPJQPFGQu0ZC1nzrtKcJZHJlZNPXwNNSD9mp-BT3V-KTxadP_o6ckVA/s400/beban+hidup.jpg" style="cursor: pointer; height: 168px; width: 283px;" /></a><br />
Untuk itu kita ambil Ade Ray sebagai cermin... untuk Binajiwa.<br />
Pelajaran jiwa tak ada habisnya, pada sebagaian besar umat beragama, kitab<br />
suci dijadikan kurikulumnya. ..<br />
Pada kesempatan ini, dengan kurikulum yang tentunya sedikit banyak<br />
sudah kita baca dan mengerti, kita melatih jiwa kita dengan beban hidup sebagai barbelnya..<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimQAWzwn82oT4Z0ymMT3c3Cis1olMlPeQ-xMIzCAzXu9BHq9WhME9DD5xHwURDpe6i86vOCF6WZLatOa3tXqQIDqrNiPkw8LOweDvrw_ItLijwIz2surzemoAlxDyv5kKNaARgpKQ864U/s1600-h/beban+hidup2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266513429570513666" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimQAWzwn82oT4Z0ymMT3c3Cis1olMlPeQ-xMIzCAzXu9BHq9WhME9DD5xHwURDpe6i86vOCF6WZLatOa3tXqQIDqrNiPkw8LOweDvrw_ItLijwIz2surzemoAlxDyv5kKNaARgpKQ864U/s400/beban+hidup2.jpg" style="cursor: pointer; height: 248px; width: 238px;" /></a><br />
Jadi dalam hal ini beban hidup hanyalah salah satu alat yang dianugerahkan bagi kita manusia, bukan sebagai sebenar-benarnya beban yang harus kita pikul...<br />
Melainkan hanya sebagai barbel, yang bila mana kita sikapi dengan<br />
benar, kita angkat maupun kita taruh sesuai dengan proposinya niscaya akan terbentuk satu jiwa dengan segala kekuatan dan keindahannya. Semakin pas kita gunakan alat-alat ini, niscaya semakin indah jiwa yang akan terbentuk... -padahal bentuk keindahan jiwa inilah yg membuat kita bahagia-...<br />
Semakin indah bentuk jiwa kita semakin bahagia pula hidup kita.. dan kita yakini pula bahwa Tuhan tidak pernah memberi barbel yang keliru... Tuhan selalu memberikan Barbel yag pas buat kita..<br />
Kadang saja manusia terlalu bersemangat mengangkatnya sehingga hasilnya bukan jiwa yang indah malah sebaliknya jiwa ini menjadi sakit. Dan bahkan banyak diantaranya yang tidak pernah meninggalkan barbel itu..<br />
Akan lebih bijak jika kita angkat dan kita letakkan beban hidup ini sesuai dengan proposinya...Sehingga akan terbentuk jiwa yang kuat, sehat, dan indah, dengan latihan yang tekun dan terus menerus... dan sekali kali jangan<br />
pernah mau menderita dengan beban itu... Tuhan nggak suka melihat<br />
penderitaan....<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqHv-uUKHFGQAgVN6x1YQNw4Vq1uFsa_dhn8as9Yzr42jN_l2v00EvlOgbFEeE6X9yVUY__2Prw-RY_6IyRu_KZOj3zXjogiX24lPXQAKveFtFvXxavhRmhQgRa5RLz7X3vISPdJ9KHps/s1600-h/beban+hidup3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5266513809698833890" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqHv-uUKHFGQAgVN6x1YQNw4Vq1uFsa_dhn8as9Yzr42jN_l2v00EvlOgbFEeE6X9yVUY__2Prw-RY_6IyRu_KZOj3zXjogiX24lPXQAKveFtFvXxavhRmhQgRa5RLz7X3vISPdJ9KHps/s400/beban+hidup3.jpg" style="cursor: pointer; height: 173px; width: 155px;" /></a><br />
<br />
(untuk sahabat yang berkontemplasi di lautan....)</div>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1490270971784197480.post-45969406152446849512007-06-16T23:14:00.075+07:002011-12-11T02:04:57.252+07:00THIS IS ME<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/bossgank.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 400px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/bossgank.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><marquee behavior="scroll" scrollamount="5" direction="left" width="100%" bgcolor="#ffffff"><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL14.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL14.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL1.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL1.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL10.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL10.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL12.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL12.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL15.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL15.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL11.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL11.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL16.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL16.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL11.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL11.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL3.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL3.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL13.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL13.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL2.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL2.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL17.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL17.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL7.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL7.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL4.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL4.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL6.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL6.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL8.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL8.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL5.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL5.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://s165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/?action=view&current=KL9.jpg" target="_blank"><img style="width: 50px; height: 70px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KL9.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a></marquee><p style="margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;"><span style=";font-family:Arial;font-size:78%;" ><a href="http://www.yahoo.com/">agus_santosa93@yahoo.com</a></span></p><span style="font-weight: bold; color: rgb(153, 51, 0);font-family:georgia;" >see me in this community...</span><br /><p align="left"><span><span><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://profiles.friendster.com/68595933"><img src="http://kadabo.co.uk/logos/friendster.gif" border="0" /></a></span></span></span></span><span><span><span><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://www.friendster.com/68673768"><img src="http://arif.blogsome.com/images/friendster.gif" border="0" /></a></span></span></span></span></span></span><span><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></span></p><p align="left"><a href="http://www.facebook.com/people/Agus-Santosa/1009842964"><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><img src="http://i228.photobucket.com/albums/ee188/divdes/50bk-CR-SITE-Facebook.png?t=1238143947" border="0" /></span></span></a><span><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://www.blogger.com/sendIM?agus_santosa93"><img src="http://opi.yahoo.com/online?u=agus_santosa93&m=g&t=2" border="0" /></a></span></span></p><p></p><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><br /></span></span></span><div style="text-align: justify;"><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><img style="width: 380px; height: 42px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/blogmenu.jpg" border="1" /></span><br /></span></span></span></div><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><span style="text-decoration: underline;"><br /><a href="http://nova-kuantum.blogspot.com/"><img src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KUANTUM2.jpg" border="0" /></a></span><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://www.mansurakarta.com/"> </a></span><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://tik-maniska.blogspot.com/"><img style="width: 122px; height: 33px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/KUANTUMXII.jpg" border="0" /></a></span><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://www.mansurakarta.com/"> </a></span><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://www.mansurakarta.com/"><img style="width: 122px; height: 33px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/BLOGMANISKA.jpg" border="0" /></a></span><br /><span style="text-decoration: underline;"><br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS9iSLd9PVcQHABbN-jhXcVzH_HF2Jhoz-6TdKxPPXKy9SSu72Uy49k6R0deNrUgoklonC9aAu1nIcVEyq8aEASgKKGbyt0zK1rucSEYSsHm-edEEDs9E8dvyk5gg7Dw1oHzQudWB6OJIk/s1600-h/cosmic+OF+WSB+2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS9iSLd9PVcQHABbN-jhXcVzH_HF2Jhoz-6TdKxPPXKy9SSu72Uy49k6R0deNrUgoklonC9aAu1nIcVEyq8aEASgKKGbyt0zK1rucSEYSsHm-edEEDs9E8dvyk5gg7Dw1oHzQudWB6OJIk/s400/cosmic+OF+WSB+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5198966254640088114" border="0" /></a><br /><span style="text-decoration: underline;"><br /><br /></span><br /><br /><br /><br /><br /><a href="http://redundasi.blogspot.com/"><img style="width: 99px; height: 48px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/DEJAVU2-1.jpg" alt="DEJAVU" border="0" /></a><a href="http://dejavu-x.blogspot.com/"><img style="width: 100px; height: 47px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/dejavuXcopy-1.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://dejavu-xi.blogspot.com/"><img style="width: 102px; height: 44px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/dejavuXI.jpg" alt="Photobucket" border="0" /></a><br /><br /><a href="http://my-mind-and-mine.blogspot.com/"><img style="width: 77px; height: 97px;" src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/MINDSET2.jpg" alt="DEJAVU" border="0" /></a><a href="http://www.my-mind-and-mine.blogspot.com/" target="_blank"><img src="http://i165.photobucket.com/albums/u61/agus_santosa93/Left_arrow_animation02.gif" alt="Photobucket" border="0" /></a><a href="http://www.my-mind-and-mine.blogspot.com/"><img alt="myspace layout images" style="width: 140px; height: 117px;" src="http://media.bigoo.ws/content/gif/books/books_87.gif" border="0" /></a></span></span></span><p style="margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;"><span style="text-decoration: underline;"><span><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://www.my-mind-and-mine.blogspot.com/">my mind about nothing</a></span></span></span></p><br /><br /><marquee behavior="scroll" scrollamount="5" direction="left" width="100%"><a href="http://www.bigoo.ws/"><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/u.gif" border="0" /><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/t.gif" border="0" /><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/s.gif" border="0" /><img src="http://www.bigoo.ws/image/spacer.gif" width="15" border="0" /></a><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/o.gif" border="0" /><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/n.gif" border="0" /><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/l.gif" border="0" /><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/i.gif" border="0" /><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/n.gif" border="0" /><img alt="www.bigoo.ws" src="http://media.bigoo.ws/letters/style40/e.gif" border="0" /></marquee><br /><br /><br /><span style="color: rgb(204, 0, 0);font-size:180%;" ><span style="font-weight: bold;">NILAI UAS SMT GASAL <a href="http://xample7.blogspot.com/">CLICK HERE</a></span></span><br /><a href="http://www.bigoo.ws/"><span style="text-decoration: none;"></span></a><p></p><span style="color: rgb(0, 0, 107);font-size:200%;" ><object style="color: rgb(51, 204, 0);"><br /><param value="home_eng.swf" name="movie"></object></span><span style="color: rgb(0, 0, 117);font-size:200%;" ><span style="color: rgb(0, 102, 0);font-family:Playbill;" ><span style="font-family:georgia;">Tugas observasi warnet kelas XI MAN Yogyakarta 1</span> </span><span style="color: rgb(0, 0, 102);"><span style="font-weight: bold;">Click <a style="color: rgb(51, 204, 0);" href="http://xample7.blogspot.com/2011/11/tugas-observasi-warnet-kelas-xi.html">di sini</a></span></span></span><br /><span style="color: rgb(0, 0, 102);font-size:130%;" ><br /><br /></span><span style="color: rgb(0, 0, 117);font-size:200%;" ><span style="color: rgb(0, 102, 0);font-family:Playbill;" ><span style="font-family:georgia;">Tugas Pemrograman Pascal kelas X MAN Yogyakarta 1</span> </span><span style="color: rgb(0, 0, 102);"><span style="font-weight: bold;">Click <a style="color: rgb(51, 204, 0);" href="http://xample7.blogspot.com/2011/11/tugas-pemrograman-pascal-kelas-x.html">di sini</a></span></span></span><span style="color: rgb(0, 0, 102);font-size:130%;" ><object style="color: rgb(51, 204, 0);"><p style="margin-top: 0pt; margin-bottom: 0pt;"><br /><br /><object style="color: rgb(51, 204, 0);"><br /><embed src="http://agustik.com/datum/home_eng.swf" width="500" height="700"></embed></object><br /><br /><br /></p><br /></object><br /><br /><a href="http://www.google.com/"><img alt="Animation Miscellaneous Images" src="http://media.bigoo.ws/content/image/animation_miscellaneous/miscellaneous_97.gif" border="0" /></a></span>goe'sthttp://www.blogger.com/profile/16229175682109928800noreply@blogger.com0